Sep 22, 2015

Suami Sebagai Nahkoda Keluarga

Mengarungi lautan kehidupan dengan bahtera rumah tangga itu, selalu saja ada seninya… sebentar-sebentar gelombang datang mengayun, sebentar-sebentar ada badai kecil yang menghempas, tak jarang kadang ada angin topan yang melanda, membuat bahtera seolah limpung, terseok, bahkan bisa saja paling parah hancur berkeping-keping.

Seorang nahkoda, ibarat sebagai sang pemandu jalannya bahtera harus selalu berusaha menyiapkan segala sesuatunya agar setiap saat badai ujian itu datang, bahtera akan tetap bisa bertahan dan berlayar.

Sang suami,sebagai seorang nahkoda harus selalu berusaha menambah ilmu, mengasah keraifan, menggurinda egonya, menghaluskan budi baiknya, memperkuat tanggungjawabnya agar selalu sejalan dengan segenap penghuni bahtera yang dibawanya. Terkadang pula, sang nahkoda pun harus berhenti sejenak untuk meminta nasihat kepada para awaknya, menanyakan amanahnya selama ini sudah benar atau masih jauh dari dermaga yang dituju.

Suami perlu mendapatkan porsi pengakuan, bahwa dirinya adalah sang nahkoda, dirinya adalah sang direktur, sang penanggung jawab, selamat dan tidaknya bahtera rumah tangga, sukses dan gagalnya keluarga, bahagia dan kesedihan awaknya adalah tanggung jawabnya.

Belum lagi, tugas utama suami dan ayah sekaligus adalah memastikan kebutuhan bisa selalu terpenuhi, gas kompor masak tetap menyala, penggorengan tetap panas memasakkan makanan sebagai bekal bertahan hidup. Kebutuhan sandang juga harus terpikirkan, lebih-lebih kebutuhan akan rumah tinggal, jadi tanggung jawab amat berat yang harusnya sudah dipikirkan dan harus tersediakan oleh seorang suami.
“Ahh..rumah/harta kan bisa cari berdua dengan istri”, iya betul….tapi tetap saja kewajiban suami harus menyediakan tiga kebutuhan pokok itu demi memastikan anggota keluarga merasa tenang didalamnya.

Atas beban dan tanggung jawab berat itu, selayaknya suami mendapatkan porsinya, selayaknya para suami berhak mendapatkan pengakuan, sebagai bentuk apresiasi kita, sebagai bentuk terima kasih istri, tak perlu yang neko-neko sederhana saja…
Sambil rebahan di atas ranjang menjelang tidur malam …

Sang istri membisikkan kata …

“ Pa…papa sayang…terima kasih ya, sudah bekerja keras untuk kebahagiaan mama dan anak-anak….” Hemm…adem rasanya hati para suami mendengar kata-kata ini dari lisan para istri..
Bisa pula saat membersamai anak belajar, sanga anak menulis surat untuk papanya …

“ pa… terima kasih banyak, tanpa kasih sayang yang papa berikan pasti kami tidak bisa sebahagia sekarang ini..kami sayang papa…” yakin deh…papa bisa jadi nangis bangga…dan bahagia

Sambil mencium tangan suami saat berangkat kerja…
Istri menyelipkan kata-kata …

Papa yang semangat kerjanya ya…jangan lupa awali dengan doa, agar selalu berkah…mama tak kan pernah lupa untuk mendoakan agar papa selalu sehat, selalu semangat, dan mendapatkan rizki yang berkah…mama sayang papa…muuaaahh…”

Nah, jika para istri melakukan ini…di jamin deh…suami bakal kayak kena setrum tegangan tinggi, kalimat-kalimat lebih dari sekedar romantis, tapi langsung nancep dihati.

Sayang banyak para istri yang tak sempat mengucapkan ini pada para suaminya…benar kan..?  ngaku deh…

Di coba ya…

Jangan lewatkan momen dan kejadian sedikitpun untuk terus memberikan pengakuan kepada suami, agar suami selalu bersemangat dalam memikul tanggung jawabnya.

Istri yang baik adalah yang selalu berusaha membahagiakan suaminya, semaksimal mungkin dengan usaha yang bisa dia lakukan.

Selamat berbahagia…

Aku Rindu