Dan
janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran,
penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya. (TQS.
Al-Isra’ : 36).
Mengikuti
sesuatu hal tanpa didasari dasar yang kuat adalah suatu kecerobohan. Menuruti
sesuatu hal tanpa ada pengetahuan sebelum itu adalah suatu kebodohan. Melakukan
sesuatu yang belum jelas kebenarannya adalah sia-sia. Sesungguhnya apa yang
diikuti belum tentu memberi manfaat dan bermudharat. Jadi buat apa mengikuti
ha-hal yang belum diketahui kebenarannya?
Seperti yang
telah dijelaskan dalam terjemahan QS. Al-Isra’ : 36 di atas bahwa Allah telah
memerintahkan kita untuk tidak mengikuti sesuatu yang tidak kita ketahui.
Karena pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta
pertanggungjawabannya. Maksudnya adalah apabila di antara kita melakukan
sesuatu yang tidak diketahui, maka apa yang kita yang kita dengar, lihat, dan
rasa untuk melakukan sesuatu yang tidak diketahui itu akan dimintai
pertanggungjawabannya.
Di ayat ini
pula, secara tersirat, Allah memerintahkan kita untuk berhati-hatilah sebelum
melakukan tindakan apapun. Dengan demikian, bisa diartikan Allah memerintahkan
kita untuk memiliki ilmu, dasar atau pengetahuan sebelum melakukan sesuatu.
Jadi, berpikirlah sebelum bertindak baik sendiri maupun dengan banyak orang
(musyawarah) dan mintalah petunjuk Allah agar diberi kemudahan dan kelancaran.
Apa-apa yang
haram itu sudah jelas dan apa-apa yang halal itu sudah jelas juga. Apa-apa yang
masih samar/tidak jelas, lebih baik ditinggalkan kemudian baca referensi yang
sesuai dengan itu dan tanyakan itu pada ahlinya. Apa-apa yang tidak ada
tuntutannya, tidak perlu diikuti. Dan apa-apa belum diketahui, belajarlah baik
sendiri maupun dengan ahlinya. Dengan begitu, kita itu tidak akan tersesat,
bodoh, apalagi taqlid. Wallahu
a’lam bish-shawabi.