Jangan pakai ukuran kebahagiaan orang lain dalam mengukur seberapa bahagia kita, idealnya begitu.
jangan pakai
ukuran kesuksesan orang lain dalam mengukur seberapa sukses kita, idealnya juga
begitu.
satu-satunya
orang yang boleh menjadi pembanding seberapa bahagia dan sukses kita adalah
diri kita yang sebelumnya–idealnya begitu!
tapi
sadarkah kita bahwa–
kita sering tidak hanya mengukur kebahagiaan atau kesuksesan dengan membandingkan diri dengan orang lain.
kita sering tidak hanya mengukur kebahagiaan atau kesuksesan dengan membandingkan diri dengan orang lain.
kita sering membuat orang lain–sadar tak sadar, sengaja tak sengaja–mengukur itu dengan membandingkan dirinya dengan kita.
tanpa kita
tahu apa masalah yang muncul kemudian dalam hidupnya, karena ulah kita.
bagaimana
jika ada
seorang gadis batal memakai jilbab karena dihujat masih berkelakuan minus oleh sahabatnya.
dua insan batal melangsungkan pernikahan karena dihujat oleh orang lain bahwa mereka tak seimbang untuk satu sama lain.
pasangan suami istri bercerai karena menurut kelompok arisan sang istri, suami yang lupa tanggal pernikahan itu keterlaluan.
seorang gadis batal memakai jilbab karena dihujat masih berkelakuan minus oleh sahabatnya.
dua insan batal melangsungkan pernikahan karena dihujat oleh orang lain bahwa mereka tak seimbang untuk satu sama lain.
pasangan suami istri bercerai karena menurut kelompok arisan sang istri, suami yang lupa tanggal pernikahan itu keterlaluan.
kita selalu
ingin memiliki hidup yang tenang, yang artinya tidak disesaki dengan
ukuran-ukuran yang tidak sepenuhnya kita pahami. maka buatlah dunia ini tempat
yang tenang.
berhentilah
membuat ‘idealnya begitu’ untuk orang lain.
berhenti nyinyir.
berhenti menyindir-nyindir.
berhenti membicarakan orang lain meski pembicaraan itu tanpa nama.
berhenti saja. sungguh itu tidak ada gunanya.
berhenti nyinyir.
berhenti menyindir-nyindir.
berhenti membicarakan orang lain meski pembicaraan itu tanpa nama.
berhenti saja. sungguh itu tidak ada gunanya.
tujuh belas
kali dalam sehari kita meminta aib kita ditutup oleh Allah. masih tega membuka
aib diri sendiri, aib temanmu, apalagi membuat yang bukan aib seakan menjadi
aib?
sesungguhnya
tidak ada 'idealnya begitu’, kecuali Alquran dan Nabi yang menyebutkan.
jadikan
dunia ini tempat yang tenang, kawan. :)