Apr 16, 2015

Idealnya Begitu


Jangan pakai ukuran kebahagiaan orang lain dalam mengukur seberapa bahagia kita, idealnya begitu.


jangan pakai ukuran kesuksesan orang lain dalam mengukur seberapa sukses kita, idealnya juga begitu.


satu-satunya orang yang boleh menjadi pembanding seberapa bahagia dan sukses kita adalah diri kita yang sebelumnya–idealnya begitu!


tapi sadarkah kita bahwa–
kita sering tidak hanya mengukur kebahagiaan atau kesuksesan dengan membandingkan diri dengan orang lain.

kita sering membuat orang lain–sadar tak sadar, sengaja tak sengaja–mengukur itu dengan membandingkan dirinya dengan kita. 


tanpa kita tahu apa masalah yang muncul kemudian dalam hidupnya, karena ulah kita. 


bagaimana jika ada
seorang gadis batal memakai jilbab karena dihujat masih berkelakuan minus oleh sahabatnya.
dua insan batal melangsungkan pernikahan karena dihujat oleh orang lain bahwa mereka tak seimbang untuk satu sama lain.
pasangan suami istri bercerai karena menurut kelompok arisan sang istri, suami yang lupa tanggal pernikahan itu keterlaluan.


kita selalu ingin memiliki hidup yang tenang, yang artinya tidak disesaki dengan ukuran-ukuran yang tidak sepenuhnya kita pahami. maka buatlah dunia ini tempat yang tenang.


berhentilah membuat ‘idealnya begitu’ untuk orang lain.
berhenti nyinyir.
berhenti menyindir-nyindir.
berhenti membicarakan orang lain meski pembicaraan itu tanpa nama.
berhenti saja. sungguh itu tidak ada gunanya. 


tujuh belas kali dalam sehari kita meminta aib kita ditutup oleh Allah. masih tega membuka aib diri sendiri, aib temanmu, apalagi membuat yang bukan aib seakan menjadi aib?


sesungguhnya tidak ada 'idealnya begitu’, kecuali Alquran dan Nabi yang menyebutkan. 


jadikan dunia ini tempat yang tenang, kawan. :)




Aku Rindu