Nov 8, 2015

Saya Ingin Sampai Tua Bersamamu

Semua rumah tangga memiliki medan juangnya masing-masing. Memiliki problematika dan ujiannya sendiri-sendiri. Sesuatu yang tak tampak dari luar, tapi mereka hadapi dengan susah payah.
 
Kehidupan pernikahan setelah memiliki anak, mengalami banyak sekali perubahan. Suka atau tidak , hal itu memengaruhi hubungan kita dengan pasangan kita.
Anak sakit, rewel, bertingkah ini itu. 

Seorang konselor perkawinan berkata,
“Anak adalah alasan nomor satu bagi para orang tua untuk menomorduakan perkawinan,” Ia juga menambahkan, “Padahal kalau punya anak, Anda harus mengutamakan perkawinan lebih dulu, karena memiliki hubungan yang baik adalah hadiah seumur hidup yang bisa Anda berikan kepada anak-anak.”
Pasti akan ada saat-saat di mana kita dan juga pasangan merasa lelah, merasa berbeda, merasa jenuh dan perasaan-perasaan negatif lainnya yang dapat mempengaruhi apa yang kita rasakan terhadap pasangan.

Akan ada saat-saat di mana kita merasa bahwa pasangan kita bukan lagi dirinya yang dulu kita kenal ketika janji itu terucap. Di mata kita, dia berubah menjadi orang yang sama sekali asing bagi kita.

Di titik ini, cinta bisa mulai meredup hingga akhirnya sirna dan menghilang begitu saja. Namun apa yang membuat pernikahan tetap kuat menghadapi terjangan badai ujian kehidupan?
Komitmen.

Komitmen adalah landasan sebuah hubungan. Janji yang disepakati ketika kita memutuskan untuk menikah dulu. Karena cinta bisa pudar seiring berlalunya waktu, namun komitmen menjaganya tetap solid dan utuh, insya Allah.
Apa komitmen kita saat bersedia menyatu dalam ikatan perkawinan dengan seseorang itu? Kembali kepada tujuan awal kita menikah.

Jika kita menikah hanya untuk meraih tujuan-tujuan dunia, maka tidak heran jika kita mudah lelah dalam menggapai tujuan pernikahan. Takkan mungkin habis dunia dikejar. Dunia adalah tempat berlelah-lelah, bukan tempat peristirahatan yang sebenarnya.

Maka ketika tujuan itu tidak kunjung tercapai, pelariannya adalah dengan menabrak larangan-larangan Allah. Selingkuh, korupsi, kekerasan dalam rumah tangga, maksiat demi maksiat.. yang mungkin akan berujung pada perpisahan, perceraian.

Lain halnya jika kebersamaan di akhirat adalah tujuan utamanya. Saling bersinergi untuk mewujudkan sakinah dalam rumah tangga. Saling mengingatkan jika ada yang khilaf dan terlupa. Saling melengkapi, bukan saling menuntut dan mencari perbedaan satu sama lain.

Family is A Teamwork
Keluarga, idealnya adalah satu tim yang kompak. Jika yang satu marah, yang lain meredakan. Jika yang satu goyah, yang lain menguatkan. Jika yang satu mulai kehilangan arah, yang lain mengingatkan. Jika yang satu sedang susah, yang lain mengulurkan tangan, bukan malah pergi meninggalkan.
Jika yang satu sedih dan menangis, yang lain merengkuhnya dalam dekapan sayang.

Menikah juga tentang penerimaan. Menerima hal-hal yang tidak bisa diubah. Menerima pasangan seutuhnya, satu paket dengan kelebihan dan kekurangannya, sambil terus saling berusaha memperbaiki diri.

Menikah.. bukan hanya soal menyatukan dua hati dalam satu ikatan yang halal. Menikah bukan hanya tentang punya anak, membesarkan mereka, menyekolahkan dan mengantarkan mereka ke gerbang pernikahan. Menikah bukan sekadar impian untuk memiliki rumah, mengembangkan usaha bersama atau menabung untuk hari tua.

Pernikahan adalah perjalanan. Perjalanan menuju bahagia yang lebih kekal. Karena kebersamaan di dunia ini sangatlah sebentar. Tak banyak waktu tersisa untuk berbagi bahagia dengan ia yang kita cinta.

Aku Rindu