Nov 2, 2015

Kebencian

Apa yang kita benci ketika seseorang berbuat jahat? Perbuatannya atau orangnya? Teori mudah mengatakan bahwa yang perlu kita benci itu perbuatannya bukan orangnya. Itulah yang benar. 

Namun dalam praktik tidak semudah memencet-mencet tombol di atas papan ketik. Sebab ketika si benci sudah hadir akal sehat kita entah bersembunyi ke mana. Antara membenci perbuatan atau pelakunya sudah tidak jelas lagi. 

Kebencian Membutakan Mata Hati 

Tak dipungkiri ketika kebencian itu muncul kesadaran akan jati diri sejati pun terlupakan. Mata hati tertutup. Kita tidak sadar lagi dengan apa yang kita lakukan.

Segala pembenaran terhadirkan. Oleh satu kesalahan kita melupakan sekian kebaikan  yang dimiliki yang dimiliki orang lain. Padahal kita sendiri memiliki potensi untuk melakukan kesalahan yang sama.   

Seringkali atas membelaatas nama kebenaran kita pun melupakan kebenaran dari sisi lain.  Lalu dengan arogan kita menganggap sisi kebenaran kita yang paling benar.  

Kita membuka lebar-lebar mata melihat kesalahan orang lain, tapi membutakan mata untuk melihat kesalahan diri oleh kebencian. Sebuah kebenaran memang harus dibuka atas kebenaran itu sendiri. Bukan oleh kebencian yang akan membutakan mata.

Tak jarang terjadi, kita membenci kesalahan atau kejahatan yang dilakukan orang lain. Tetapi pada akhirnya kita melakukan hal yang sama. Apa yang kita benci. Kebencian di atas kebencian.

Itu Sebabnya Setiap Agama Mengajarkan tentang Kasih antar manusia

Adakah agama yang  mengajarkan untuk saling membenci? Bukankah agama hadir di bumi, agar sesama manusia mengerti akan cinta kasih?  Saling memaafkan dan mengasihi tanpa syarat.

Setiap jejak sejarah para nabi dan para suci selalu meninggalkan kisah tentang cinta kasih. Tidak membalas kejahatan dengan kebencian. Itulah kebenarannya. Mengapa kita tetap mengingkari diri demi untuk memuaskan nafsu kebencian? 

Kita memang harus membenci setiap kejahatan yang ada. Namun kita tidak harus membenamkan diri pada kebencian yang membabi buta, sehingga lupa akan seberkas sinar kasih yang ada. 

Tidak Memaafkan Perbuatan Tapi Maafkan Orangnya 

Setiap orang tentu memiliki antara sifat baik dan buruk di dalam dirinya. Tergantung sisi mana yang lebih dominan. Tergantung bagaimana seseorang mengendalikan dirinya untuk menjadi baik atau jahat. 

Namun sejahat-jahatnya orang pasti ada sisi baiknya. Begitu pun sebaik-baiknya pasti ada sisi buruknya.  Begitulah kondisi kehidupan di bumi ini. Tidak ada yang sempurna dalam kebaikan dan kesalahan.

Ketika kita selalu memaafkan kesalahan, maka akan muncul kesalahan demi kesalahan berikutnya. Tetapi bila pelakunya yang dimaafkan ada harapan akan muncul kesadaran untuk menjadi baik. 

Memaafkan kesalahan bias menjadi sebuah kesalahan sebab akan menjadi pemicu terjadinya kesalahan selanjutnya. Tetapi tidak memaafkan yang melakukan kesalahan pun bisa menjadi kesalahan. Karena bisa menjadi penghalang seseorang menjadi benar.

Menulis tentang jangan ada kebencian di antara kita, ngeri-ngeri sedap juga, jangan-jangan ada kebencian yang menyusup kepada yang membenci di dalam diri ini. Semoga kesadaran selalu menyertai dalam kehidupan dan hati kita.

Aku Rindu