Jul 1, 2015

Keperempuanan

Perempuan kuat bukanlah ia yang tak mau menangis karena takut terlihat lemah, justru ia selalu jujur dengan perasaannya sendiri dan berani mengungkapkannya.

Ia dapat melakukan banyak hal dengan tangan dan kakinya sendiri, tapi juga tak segan menyandarkan kepalanya di atas bahu orang lain di akhir hari. Ia tak berkeberatan menghabiskan waktunya sendirian, tapi tetap membutuhkan teman bicara saat bulan mulai mengintip di atas langit.

Perempuan kuat memperjuangkan bahagianya sebelum membahagiakan orang lain. Persediaan bahagianya harus cukup untuk dirinya dan orang-orang yang dikasihinya. Tak mungkin ia bisa bahagia, jika bahagianya hanya diperuntukkan untuk orang lain. Ia tak mau menipu dirinya sendiri.

Perempuan yang kuat melindungi apa yang menjadi miliknya, tapi juga tahu kapan harus melepaskan mereka yang tak lagi memberinya rasa nyaman. Mereka yang tak lagi menghargai, membutuhkan, dan mencintai dirinya. Ia tahu itu. Ia tahu, tak ada gunanya mempertahankan apa yang sudah mati, dan yang benar tulus kepadanya tak akan pernah menyakitinya dengan sengaja. 

Dan ia tak pernah ragu untuk berkemas pergi saat kesedihan semacam itu datang. 


Ia tak segan untuk meminta maaf, bahkan bagi segelintir orang, ia akan melakukannya saat ia tak merasa bersalah. Itu adalah salah satu caranya untuk mempertahankan apa yang diyakininya harus terus berlangsung. Tapi bukan berarti lantas ia melupakan. Ia mencatat semuanya dalam kepalanya, dan berjanji pada dirinya sendiri tak akan membiarkan hatinya disakiti dengan cara yang sama lagi.

Perempuan kuat terkadang juga merasa tak aman. Ada kalanya ia harus berteriak keras dan memukul dadanya kuat-kuat ketika ia merasa terancam. Bukan karena ia lemah, namun karena intuisinya selalu membisikan ke telinganya ketika ada bahaya yang mengancam. Itulah saatnya ia menutup pintunya rapat-rapat dan menggemboknya dengan besi berlapis. Setan sekali pun tak dapat membuka pintu itu kalau ia sudah melakukannya.

Ia tidak mengaku dirinya hebat, juga tidak mendongakkan kepalannya seperti induk jerapah. Bahkan ada saatnya, ia mengaku kalah dan menunduk lesu. Saat itu, ia tak segan menelengkan telinganya untuk mendengarkan suara-suara baik yang membuat lehernya dapat kembali tegak, matanya kembali berbinar, dan senyumnya kembali terulas.

Perempuan yang kuat tahu kapan harus merenggangkan kedua kakinya, dan kapan harus menutupnya. Dan ia membuka lebar kakinya pada satu nyawa yang bersetia kepadanya dan menjaganya. Tak hanya itu, ia juga mengunci peluknya rapat-rapat kepada lelaki semacam itu.

Perempuan kuat memang tak selalu bertubuh besar dan kuat, tapi ia mempunyai hati yang lebih kuat dari baja tahan karat.  Ketika kau melihatnya sedang marah atau mendapatinya tengah menangis, itu bukan karena hatinya lemah - tapi itu saatnya ia memberi kekuatan baru pada dirinya sendiri.

Harga diri perempuan kuat bukan pada apa yang menempel di tubuhnya, atau siapa laki-laki yang ada di sisinya - tapi pada apa yang melekat dalam hatinya dan tersimpan dalam kepalanya. Ia tak tergiur harta, namun ia tahu bagaimana cara menghidupi dirinya dengan cara terhormat. Ia tak tergiur oleh kerupawanan, tapi ia melihat hati. Ia menghargai siapa pun orang yang selalu ada untuknya, dan tak pernah meremehkannya.

Ketika ia bermanja, bukan berarti ia lemah. Tapi ia sedang menunjukkan sisi keperempuanannya. Ia tak menjadikan keperempuannya sebagai senjata untuk menyerang, tapi untuk memanusiakannya dan mengingatkannya pada kodratnya.

Aku dilahirkan sebagai perempuan, tapi bukan alasanku untuk menjadi lemah. Aku perempuan, dan aku kuat karena aku perempuan.

Dan aku bersyukur, karena aku perempuan.

Aku Rindu