Jun 30, 2015

Hubungan Jarak Jauh

Hubungan jarak jauh selalu membutuhkan komitmen dan pengertian dari masing-masing pihak. Komitmen penting untuk saling menjaga hal-hal yang telah disepakati bersama-sama, termasuk komitmen untuk tidak saling mengkhianati. Tetapi komitmen saja tidak cukup, hubungan jarak jauh harus selalu dibarengi dengan sikap saling ‘mengerti’ dan ‘memahami’. 

Mengerti adalah tentang mengetahui hal-hal yang akan membahagiakan atau membuat sedih pasangan. Sedangkan memahami adalah tentang menerima pasangan sebagaimana dirinya: Mensyukuri apa yang lebih darinya dan memaafkan apa yang kurang darinya. Jika hubungan jarak jauh dilandasi hal-hal tersebut, masalah bukan akan hilang sama sekali dan tak pernah terjadi, tetapi jika masalah muncul dan kesalahpahaman terjadi maka pasangan ini akan memiliki ‘emergency kit’ yang memadai dan tidak akan saling melukai.

Kunci untuk menjaga komitmen dan membangun kesalingpengertian serta kesalingpahaman adalah komunikasi yang baik. Syarat komunikasi yang baik hanya ada dua: Yaitu kesamaan frekuensi dan kesetaraan. Bayangkan jika komunikasi dilakukan dua orang dalam frekuensi yang berbeda? Tentu saja makna komunikasi akan hilang dengan sendirinya. Kesamaan frekuensi adalah tentang kesamaan tujuan dan pemahaman mengapa komunikasi yang baik perlu dilakukan. Jika frekuensinya sudah sama, selanjutnya tinggal soal berfikir ‘setara’.

Bila di antara pasangan ada yang berpikir tidak setara, misalnya merasa lebih tinggi atau rendah, maka komunikasi yang baik sulit terjadi. Dengan kesetaraan, sikap saling menghormati dan saling menjaga akan terus terjalin. Dengan kesetaraan pula prinsip-prinsip kejujuran akan terjaga dengan baik. Dengan prinsip kesetaraan, hubungan antar-pasangan bukan lagi ‘aku-kamu’ (aku dan bukan-aku), tetapi ‘aku dan aku yang lain’ (aku dan engkau-yang-aku-hargai). Dengan cara berpikir seperti ini, kita akan cenderung untuk saling menjaga perasaan, karena dengan menjaga perasaan pasangan sama artinya dengan menjaga perasaan sendiri.

Terakhir, jarak bukan hanya soal tempat. Bukan tentang seberapa jauh atau seberapa dekat secara fisik kita terpisah dengan orang yang kita cintai. Jarak adalah ‘gap’ atau ‘perbedaan’, selisih dari dua ukuran dan batas-batas yang berlainan. Maka seberapa ‘jauh’ atau ‘dekat’ sebuah hubungan juga adalah tentang seberapa ‘banyak’ atau ‘sedikit’ perbedaan-perbedaan yang dimiliki.

Dengan begitu, apakah Anda termasuk pelaku ‘hubungan jarak jauh’? Cukupkah hanya sabar untuk menjalani semuanya?

Aku Rindu