“Buat apa wanita sekolah tinggi-tinggi? Toh, pada akhirnya wanita akan kembali pada sekitar urusan dapur dan rumah!”
Jika ada
orang yang bertanya seperti itu, Dengan kerendahan ilmu yang saya miliki, saya mencoba menjawabnya!
Adalah
kehormatan bagi saya, ketika tertakdir sebagai wanita. Karena islam sangat
memuliakan dan menghargai kehadiran wanita di tengah-tengah masyarakat, oleh
karena itu, islam telah mengajarkan bagaimana wanita seharusnya berkiprah dalam
membangun peradaban madani!
Tentang
wanita, kenapa harus menjadi kerdil dalam mendapatkan pendidikan?! Dalam hal
ini, wanita menjadi sama haknya dengan laki-laki. Seharusnya, tak ada
pengerdilan bagi wanita. Sebab semua orang tahu bahwa para wanita menjadi calon
ibu, dan ibu akan menjadi sekolah pertama bagi anak-anaknya. Juga, semua orang
juga memahami bahwa setiap bangsa sangat berharap pada anak-anak yang akan
melanjutkan perjuangan kehidupan para sepuh bangsa tersebut.
Dimulai dari
wanita yang cerdas, maka kelak akan terlahir generasi yang cerdas pula. Maka
tak ada alasan bagi wanita untuk bediam diri tanpa belajar apapun. Persiapan
menjadi bangsa yang maju, dimulai dari pembinaan wanita-wanita agar menjadi
cerdas, kreatif, dan solihah.
Coba
bayangkan dari lingkungan dapur pun jika dengan ilmu, akan menghasilkan suatu
kemajuan yang bagus bagi suatu bangsa. Dengan ilmu, wanita akan menjadi kreatif
mengolah makanan. Dengan ilmu, wanita akan menjadi tahu bagaimana memilih
makanan yang sehat, halal dan baik. Dengan ilmu, wanita akan menjadi tahu
pengkategorian makanan yang baik untuk anak-anak dan untuk dewasa. Jika wanita
cerdas, dapur pun akan menjadi titik tumpuan
bagi suatu bangsa dalam berharap agar lebih maju lagi.
Itu baru
dapur, belum yang lainnya. Misalnya, mengajarkan anak-anak sejak dalam
kandugan, membentuk bakat anak dari mulai janin, sampai menemukan dan
mengembangkan potensi anak dengan baik, memahami kejiwaan anak-anak yang sedang
tumbuh berkembang. Dan semua itu, perlu ilmu!
Terbayangkah
oleh para wanita, seandainya kita tertakdir menjadi ibu bagi anak berkebutuhan
khusus, autis, disleksia, down syndrom, misalnya?! Jika kita tidak tahu tentang
ilmu bagaimana cara menghadapinya, kehadiran anak-anak seperti itu seolah
menjadi malapetaka. Tapi, jika tahu ilmunya, kita bisa mencari potensi besar
yang Allah titipkan pada mereka, lebih daripada orang-orang normal lainnya.
Setelah menemukannya lalu mengarahkan dan mengembangkan potensinya untuk
menjadi manusia mandiri. Dengan ilmu,
anak yang awalnya dianggap sebagai malapetaka berubah menjadi anak yang
membanggakan lalu menganggapnya sebagai anugerah. Maka, menjadi wanita harus
cerdas!
Belum lagi
ketika wanita harus berhadapan dengan keadaan zaman yang semakin menantang.
Menjadi ibu di zaman digital seperti ini, memerlukan banyak persiapan.
Lagi-lagi diantaranya kesiapan ilmu. Kita tidak bisa melarang anak-anak membuka
situs-situs yang membahayakan moralnya tanpa bertindak apapun. Minimal menjadi
ibu di zaman digital, wanita bisa menggunakan komputer, internet, dan memblokir
situs-situs yang sangat tidak bermanfaat. Maksimalnya jika dengan ilmu, seorang
ibu bisa membangun aplikasi yang edukatif.
Wanita,
apapun bidang keilmuan yang sedang digelutinya, Insya Allah akan memberikan
kemanfaatan yang besar. Dalam ruang lingkup yang kecil, ilmu tersebut bisa
bermanfaat untuk diri sendiri dan keluarga. Dan dalam ruang lingkup yang luas,
ilmu tersebut bisa mengedukasi masyarakat agar menjadi masyarakat yang cerdas
dan kritis.
Tapi, tak
lupa ketinggian ilmu harus diseimbangi dengan kekokohan iman. Karena apapun
yang tidak atau kurang seimbang tak akan menghasilkan sinergi kebaikan yang
selaras. Maka tidak hanya menjadi wanita yang cerdas, tapi wanita yang cerdas
dan sholihah!
Di samping
itu, sejarahpun sudah banyak membuktikan tentang kiprah banyak wanita yang ikut
andil dalam memajukan peradaban. Betapa banyak kita dengar tentang kisah para
shohabiyah yang layak dijadikan teladan bagi muslimah dalam menuntut ilmu.
Betapa mereka sangat berjasa menopang perjuangan tegaknya kehidupan yang maju.
Dan,
jikalaupun maut lebih dulu menjemput kita atau memang Allah tidak memberikan
kesempatan kepada kita menjadi seorang ibu dengan berbagai alasan. Yakinlah!
Allah Maha Tahu tentang kelurusan niat kita. Semoga ikhtiar kita tercatat
sebagai amal kebaikan.
Kenapa
wanita harus sekolah tinggi-tinggi??
Karena kami,
wanita akan menjadi ibu. Kami dituntut untuk menjadi pendidik yang cerdas bagi
anak-anak kami. Karena kami akan menjadi sekolah pertama bagi anak-anak yang
akan menjadi generasi penerus. Karena kami menjadi pilar kemajuan suatu bangsa.
Terlebih dari itu, sederhana saja, karena kami akan menjadi ibu!
Wallohua’lam
bishshowab…