Mar 27, 2015

Semua Akan Berlalu


Aku sedang mengamati rumah yang masih berbentuk tumpukan batu bata merah dan adonan semen itu. Rumah yang sedianya memiliki ruang tamu kecil ini akan aku jadikan lebih filosofis. Beberapa hari yang lalu aku sedang mempersiapkan sebuah typografi dalam bahasa arab dan bahasa inggris sebagai terjemahannya.

Di salah satu dinding akan ku buat grafitynya, bertuliskan "Everything shall pass" dengan bahasa arab diatasnya dan tulisan kecil dalam bahasa Inggris. Kelak kalimat itu akan menjadi kalimat paling baik menurutku untuk menjadi pengingat setiap kali aku membuka pintu rumah.

Bahwa di luar rumah sana ada kebahagiaan dan juga ada kekecewaan. Aku berharap ketika pulang ke rumah dan membacanya, berdiri di depannya, membacanya dengan lebih tenang. Aku akan percaya bahwa semua itu pasti akan berlalu. Agar aku menjadi seorang yang bila bahagia tidak terlalu berlebihan, karena semua itu pasti berlalu. Pun bila sedih, tidak berlebihan karena semua itu akan berlalu juga.

Bila kelak rumah ini tidak lagi dihuni sendiri, tentu saja dengan suami dan anak-anak. Bila kami sedang bertengkar, tidak berlama-lama karena semua itu pasti berlalu. Karena ada kehidupan berikutnya yang harus segera disiapkan, tidak berlama-lama dalam kondisi terpuruk. Segala sesuatu akan terlewati. Siap-tidak siap. Segala sesuatu yang sedang terjadi dalam hidup ini akan berlalu. Tidak ada yang benar-benar abadi kecuali amalan-amalan baik.

Harta yang ku kumpulkan banyak-banyak ini pun akan berlalu begitu saja bila tidak aku amalkan dengan baik. Bila nanti aku dan keluarga memiliki limpahan kebahagiaan, kami tidak terlalu berlebihan mengungkapkannya dihadapan orang banyak agar tidak menyakiti hati mereka yang mungkin tidak seberuntung keluarga kami.

Everything shall pass. Bahkan orang-orang yang paling ku cintai pun pada akhirnya akan pergi. Tidak bisa benar-benar mengabadikannya dalam hidup ini. Aku harus selalu siap pada kehilangan, selalu siap pada segala sesuatu yang menjadi titipan ini diambil lagi oleh pemiliknya.

Konsep gambar itu aku bentang di depan rumah yang belum jadi ini. Kelak rumah ini akan memberi banyak arti bagi siapapun yang tinggal dan berkunjung di dalamnya. Rumah ini akan menjadi tempat ilmu pengetahuan singgah dan tinggal. Rumah ini akan menjadi pintu rejeki untuk banyak orang, tidak hanya keluargaku. Rumah ini akan menjadi tempat berteduh para malaikat.

Aku tidak pernah membayangkan lagi rumah seperti apa yang akan ku bangun, ternyata membangun isi rumah jauh lebih penting daripada membangun rumah secara fisik. Rumah yang berisi buku-buku, lantunan kitab suci al-Quran, shalat berjamaah, dan diskusi-diskusi ilmu. Aku akan membangun isi rumah ini dengan perencanaan yang lebih baik mulai hari ini.

Aku menggulung konsep grafity itu dan memasukkannya lagi ke dalam tas. Aku berbalik, menatap langit, dan melangkah pasti untuk kembali mencarimu.



Aku Rindu