Datanglah padaku dengan segala kerendahan hatiku, segala ketenangan jiwaku, aku menyambutmu
Sebagai lagu, sebagai rindu, sebagai sesuatu yang membawaku jauh ke langit ke tujuh
yang bermakna, yang bercerita, yang memberikan kata
Nafasku ada di sini, bersama wewangian untuk kedatanganmu
Penuh dengan irama-irama dan gumam-gumam kelam namun menghujam dalam, membikin diam
dan biarlah matahari melangkahkan pasti
dan biarlah sang embun mengendap dengan anggun
Kau tetaplah Engkau dengan segenap semilir angin, rintik hujan, terik menarik, dan senyuman-senyuman serta kemarahan demi kemarahan yang diteriakkan manusia sepanjang zaman
Kau adalah keabadian dan aku mencarimu, dalam suatu penantian panjang
yang datang adalah yang datang, memberi kesan, lalu menghilang
Lantas apatah lagi yang sanggup dikatakan waktu?
Selain luka demi luka yang tertorah karena janji-janji menjelma sia-sia
Sebagai lagu, sebagai rindu, sebagai sesuatu yang membawaku jauh ke langit ke tujuh
yang bermakna, yang bercerita, yang memberikan kata
Nafasku ada di sini, bersama wewangian untuk kedatanganmu
Penuh dengan irama-irama dan gumam-gumam kelam namun menghujam dalam, membikin diam
dan biarlah matahari melangkahkan pasti
dan biarlah sang embun mengendap dengan anggun
Kau tetaplah Engkau dengan segenap semilir angin, rintik hujan, terik menarik, dan senyuman-senyuman serta kemarahan demi kemarahan yang diteriakkan manusia sepanjang zaman
Kau adalah keabadian dan aku mencarimu, dalam suatu penantian panjang
yang datang adalah yang datang, memberi kesan, lalu menghilang
Lantas apatah lagi yang sanggup dikatakan waktu?
Selain luka demi luka yang tertorah karena janji-janji menjelma sia-sia