Aug 10, 2015

Dunia Maya Yang Menjerat Hati Klepek-Klepek

Sudah berulang kali dibahas, dumay itu bagai pisau bermata dua. memisahkan yang bersisian, atau menyatukan jarak antara seberang lautan. bisa juga mencerai beraikan cinta kasih, atau menyatukan yang telah lama tidak berjumpa.

Perkembangan teknologi memang ibarat pisau bermata dua. Bermanfaat atau tidak, tergantung bagaimana bijak kita menggunakannya. Ramainya fenomena sosial media, membuat dinding pembatas antara pria dan wanita semakin tipis. Bermudah-mudahan saling sapa dan melempar senyum walau hanya diwakili oleh tanda baca berbentuk emoticon. Sampai hilangnya rasa malu sebagian manusia, yang mengaku paham bagaimana menjaga batasan dalam bergaul dengan lawan jenis.

Dulu waktu awal jaman Facebook saya ingat betul pernah ada laki-laki (abal-abal) yang iseng mencoba menebar pesona (baca: gombal) lewat inbox. Dia bermaksud curhat soal masalah dalam kehidupannya, setelah sebelumnya mencoba melambungkan hati saya dengan pujian atas tulisan-tulisan saya di status dan deskripsi profil. Istilah kerennya jaman sekarang, modus.

"Sungguh aku salut dengan kepribadianmu, tulisan statusmu begitu cantik dan romantis"

*Ow ya? Tau dari mana tentang saya mas?  Emang mantengin keseharian saya 24 jam penuh? Kalah dong hansip komplek. Biasa aja kale tulisan saya.

“Bolehkah saya minta saranmu cantik, mengenai sebuah masalah yang aku hadapi saat ini?”


*Kenapa minta saran sama saya? Emang saya ustadzah guru hebat ta?

“Bla bla bla..”


* Ok. End chat.
  
Bahkan ketika dia tahu saya sudah bersama dengan mas paijo (entah tahu darimana, karena saya tidak pernah memberitahunya), ada sebuah SMS mampir ke ponsel saya.

 "Beruntung sekali laki-laki yang mendapatkanmu wong ayu"

Dipuji sedemikian rupa, alih-alih membuat saya merasa melayang dan tersanjung, justru tiba-tiba perut ini terasa mual. Pengen muntah, dia pikir saya suka kale ye, dia kira saya seneng dipuji sama tuh orang, ihh...amit-amit jabang baby. Dan rasanya waktu itu dulu pengen cepet-cepet resmi nikah biar nggak ada lagi yang nggangguin. 


“Siapa sih yang hari gini nggak punya Facebook?”. helloooo..., Dari kakek nenek sampai anak balita aja punya. Tentu yang membuatkan ibu atau ayahnya, ya .

Pertemanan di Facebook saya dulu tidak saya batasi dengan ketat, sampai teman-teman sekolah dulu, ikut meramaikan news feed saya kala itu. Sampai suatu saat ada seorang laki-laki yang mengomentari status saya dengan agak berlebihan. Saya pun waktu itu menanggapinya, walau hanya sekadarnya saja. Tanpa diduga, Eh, mas paijo menyampaikan keberatannya. Ya, walau dengan sedikit malu-malu, ya gak marah juga sih mas paijonya, karena emang bukan tipe pemarah, tapi ya gitu, Ehem, ada yang cemburu rupanya, sodarah-sodarah..hehehe...

Di satu sisi, saya merasa yang saya lakukan nggak salah. Wong cuma ngobrol biasa aja kok, saya juga nggak ada feeling apa-apa ke mereka itu. Tapi setelah saya pikir-pikir lagi, mungkin sayanya memang biasa aja, tapi bagaimana bila lawan bicara saya justru merasa tidak biasa? Nah loh. Dan yang paling penting, ada seseorang yang hati dan perasaannya wajib saya jaga, yaitu mas paijo tercinta. Thanks for reminding me, Dear..

Sejak itu saya mulai membatasi interaksi dengan lawan jenis di sosial media manapun.  Facebook maupun Twitter saya musnahkan alias menonaktifkan akun Facebook. Tidak ada rasa penyesalan sedikitpun sampai detik ini. Yang ada saya tenang, damai, dan tentram menjalani hidup bersama mas paijo. Bagi saya yang terpenting adalah mas paijo.

Yang namanya modus, penggoda, buaya darat, genit dan orang iseng, tidak akan pernah melihat itu milik siapa dan siapa. Asal keinginanya tercapai. 

Beberapa minggu yang lalu saya di invite seorang artis laki-laki, saya langsung laporan ke mas paijo, diterima berteman atau tidak buat saya tergantung mas paijo, sekalipun dia itu artis terkenal dan kata orang dia artis beken, saya wajib menyampaikan ke mas paijo.

Bukanya saya gak bisa mengambil keputusan, karena bagi saya ini lawan jenis, bahaya cinttt....serem, hehe..., jadi menunggu persetujuanya mas paijo, karena masalah sekecil apapun saya dan mas paijo selalu menyampaikan, kita obrolkan dan tidak ada yang kita sembunyikan. Mungkin bagi orang lain kita ini lebay, tapi bagi saya dan mas paijo, ini akan membuat kita tentram dan damai. 

Akirnya saya di ijinkan mas paijo berteman di kontak bbm dengan artis itu, setiap obrolan bbm dengan artis itu selalu saya sampaikan ke mas paijo, dan pada akirnya artis itu bbm sudah tidak wajar alias kurang ngajar ke saya. Dia pikir saya sama dengan perempuan-perempuan yang sudah pernah sama artis itu. Rayuanya makk....rayuan nyiur dipantai melambai-lambai, di iming-imingin duwit satu M,(ember kalee), emng tampang saya tampang duwit ta, (sak karepe udele dewe ae) menghargai perempuan dengan duwit, kalau itu perempuan lain yang baca bisa bikin klepek-klepek kale ye..., persis seperti syair lagunya. Sedangkan saya di bbm dengan artis itu, dengan rayuan yang bisa bikin melayang-layang, saya bukanya klepek-klepek tapi kepengen muntah, eneng karena mules. 

Bukanya saya jatuh cinta sama artis itu, tapi saya tambah semakin jatuh cinta sama mas paijoku sayang, semakin saya digodain, dan diisengin sama buaya darat edan, cinta saya ke mas paijo semakin besar dan tambah.

Nah, berapa banyak kemaksiatan yang berawal dari Facebook dan sosial media lainnya? Berawal dari kekaguman terhadap apa yang ditampilkan, kemudian rasa kagum itu berkembang menjadi rasa cinta. Karena penasaran akhirnya berjanji untuk bertemu, tertarik secara fisik, falling in love, kemudian…. (isi sendiri).

Berapa banyak rumah tangga yang porak poranda dihantam badai perselingkuhan yang penyebabnya adalah kurang terjaganya hijab antara laki-laki dan perempuan di dunia maya? Dari like, turun ke hati, lari ke inbox, lalu ke BBM, kemudian saling bertemu..
 
Berapa banyak yang merasa tertipu dengan bagusnya status, banyaknya like dan komentar sampai membayangkan, “Coba seandainya suami atau istriku seperti dia.. Sudah shalihah, pintar, ramah, pandai masak, enak diajak ngobrol, pengertian, bijaksana.. bla bla bla..”.

Dan sederet pesona lainnya, yang terus dihiasi oleh syaithan agar terasa indah dipandang mata, yang membuat hati kita terpikat dan lupa bahwa di sana, ada seseorang yang telah Allah halalkan untuk kita.

Lupa siapa yang menyiapkan secangkir kopi untuk kita setiap pagi, siapa yang telah menjaga harta kita, mengurus rumah dan anak-anak kita selama hampir 24 jam non stop ketika kita keluar untuk bekerja. Lupa siapa yang bekerja keras demi tercukupinya nafkah, siapa yang setia mendampingi kita dari bawah..

Lupa, siapa pasangan hidup yang telah Allah halalkan dalam sebuah ikatan yang kuat, mitsaqan ghaliza. Yang keberadaannya di sisi kita saat ini, lebih pantas untuk disyukuri. Yang telah kita pilih untuk bersama-sama mengarungi bahtera kehidupan, lengkap dengan segala pasang surutnya..

Hati ini lemah, sedang fitnah menyambar-nyambar. Nggak ada yang bisa menjamin bahwa kita nggak akan terpikat pada pesona lawan jenis di dunia maya. Sepandai-pandainya kita menutup celah, syaithan lebih lihai memasang perangkap dan menghiasi kemaksiatan dengan berbagai bungkus yang seolah “syar’i”.

Hati-hati.. Belum tentu dia yang kita kagumi tulisan-tulisannya, sebaik apa yang kita sangka. Banyaknya pengikut, komentar dan likers bukan jaminan keshalihan seseorang. Banyak laki-laki dan perempuan  gadungan akun abal-abal alias KW mencari mangsa di sosial media. Jangan mudah terpedaya.

Carilah jodoh di tempat yang baik, bukan di dunia maya yang setiap orang bisa memalsukan diri menjadi siapapun yang diinginkannya. Telitilah sebelum tertipu dan menyesal di kemudian hari.

Bagi saya kesetiaan yang sebenarnya lahir dari hati kita sendiri, mau setia atau tidak tergantung hati kita, karena manusia selalu ingin yang lebih dan lebih. Jadi kalau kita selalu mau bersyukur, saya yakin kita selalu akan setia dengan satu pasangan yang kita cintai sampai nanti.
(InsyaAllah, Amin).

Semoga Allah senantiasa menjaga kita, suami , anak-anak dan keluarga kita dari bermacam fitnah wanita, harta dan tahta baik di dunia maya maupun nyata.

Aku Rindu