Aug 21, 2015

Poligami Bukanlah Segala-Galanya

Kapan hari saya sama mas paijo nonton sebuah film yang menceritakan tentang poligami, saya sengaja mengajak mas paijo nonton film tersebut. Sesampainya ditengah cerita mas paijo langsung komentar, dan dalam hatiku, emang ini yang aku tunggu-tunggu, komentar mas paijo.

"Ini film apa sih ning, aku jelas tidak setuju, mau enaknya sendiri itu lelaki, itu sudah jelas-jelas hanya ke egoisan lelaki saja. apapun alasanya aku gak setuju yang namanya poligami"

Dengan raut muka mas paijo yang kelihatan banget sedikit kesal, mas paijo menggenggam tanganku sambil diciumnya. Tau gak apa yang terjadi pada diriku, huhh, aku langsung mewek lebay bombay gitu sih hehe..., bukan karena filmnya, tapi karena terharu ungkapan mas paijo dan bahagianya saya bersama mas paijo yang begitu sayangnya padaku, I love you mas paijo.

Menurut saya, tidak ada alasan lain bagi seorang suami yang menikah lagi selain karena dia memang suka dengan wanita lain itu.
Alasan menolong? Kenapa harus dengan menikahi yang lebih muda dan lebih cantik?
Alasan sunnah Rosul? Rosul itu kan menikah lagi dengan janda-janda yang memang butuh bantuan, dan tujuan utamanya juga demi syi'ar Islam. Nah, kebanyakan sekarang?


Alasannya untuk menolong. Lalu, kenapa pertolongannya harus dalam bentuk ikatan pernikahan? Tidak bisakah kalian menyedekahkan sebagian harta kalian pada mereka yang membutuhkan? Itu juga menolong kan?

Poligami.. bagi kebanyakan wanita seperti sebuah momok yang menakutkan. Bahkan tidak sedikit wanita yang merasa ‘alergi’ bila topik pembicaraan sudah nyerempet ke arah sana.  Saya sendiri sih gak phobia atau alergi, tapi juga gak doyan banget ngomongin poligami. Biasa-biasa aja. Alhamdulillah saya dan mas paijo cukup terbuka satu sama lain. Termasuk mengenai hal yang satu ini.

Jujur saja, saya sering merasa risih dan jengah ketika membaca atau mendengar bincang-bincang para lelaki, suami, mengenai sunnah yang satu ini. Bukan karena sunnah poligaminya, tapi karena lebaynya itu loh.. Bahkan ada yang bahasanya kelewat vulgar dan ya itu, kompor mledug, mbledos. Terselip perasaan miris kenapa kok sunnah yang mulia ini malah jadi bahan candaan yang begitu rupa. Setiap ketemu yang diobrolin itu. Kayak gak ada topik lain yang lebih menarik aja. Sampai saya sempat berpikir, apa isi kepala para lelaki yang sudah menikah itu hanya seputar ta’addud atau poligami ya? Zzzzz..

Apalagi kalau candaan itu bisa terbaca oleh sang istri, misalnya di grup bbm, Whatsapp atau Facebook. Bahkan ada yang terang-terangan menawarkan si ayu untuk diperebutkan, siapa yang mau.. Trus pada dulu-duluan, sikut-sikutan.. Hadeh.. Cuma satu aja pertanyaan saya,

“Apa mereka gak mikir perasaan istrinya ya?”

Para suami, jagalah muru’ahmu, tundukkanlah pandanganmu. Baik di dunia nyata ataupun maya. Poligami memang disyari’atkan, bahkan boleh jadi ia adalah sebuah jalan keluar, meski bukan satu-satunya jalan keluar. Tapi, cobalah meletakkan sesuatu itu sesuai adab, secara proposional, pada tempatnya. Jangan memaksakan kalau memang belum sanggup melaksanakan.

Banyak hal-hal lain yang jauh lebih penting untuk dibahas selain soal poligami. Banyak permasalahan umat yang harus dipikirkan oleh para lelaki. Kontrakan rumah yang akan segera habis tahun ini, biaya masuk sekolah yang makin naik, anggaran belanja dapur yang makin membengkak.. Lho kok malah jadi curhat? 


Ketimbang pusing bin galau karena keinginan poligami gak kunjung kesampaian, lebih baik berbahagia dengan apa yang ada. Bersyukur karena di sisi sudah ada seorang istri sebagai pendamping hidup dan penjaga kehormatan selama ini, yang selalu berusaha untuk menjadi istri shalihah yang menyenangkan hati. Bersyukur atas nikmat memiliki anak yang sehat, pintar dan shalih, insya Allah.

Nikmatilah hidup, apa yang telah ada di genggaman saat ini. Bukankah masih banyak hal lain yang jauh lebih penting? Hidup bukan hanya seputar tentang ‘bagaimana caranya supaya saya bisa segera nambah istri lagi’ .

Bagi saya, seorang suami yang menahan untuk tidak menikah lagi itu suami yang hebat. Padahal dia setiap hendak berangkat kerja melihat istrinya masih memakai daster dengan aroma bawang dari dapur, dan setiap pulang kerja menemukan istrinya sudah tidur.. atau dalam keadaan masih bangun tapi menyambut kepulangan suami tanpa senyum ramah sedikitpun. Mungkin suami seperti itu juga seorang suami calon surga.
 

Mengutip nasehat Ustadz Abu Umar Basyier dalam buku Aku Wanita Yang Dipoligami

Poligami atau menikahi istri lebih dari satu merupakan bagian dari syari’at Islam yang telah diatur syarat-syarat dan kaidah-kaidahnya dengan terperinci. Di dalamnya ada kegembiraan, kesedihan, keindahan dan juga kericuhan-kericuhan. Kesemuanya mengajarkan banyak hal bagi kita bersama, bahwa POLIGAMI itu bukanlah hal yang sederhana, dan ia sama sekali tak layak disederhanakan sedemikian rupa.

Artinya, syariat poligami itu haruslah dipandang sebagai salah satu solusi bagi kebutuhan seorang muslim, dan bukan satu-satunya solusi. Sebagai sebuah solusi, maka sosok poligami tak harus muncul dalam bingkai yang sama, hukum yang sama, konsekuensi yang sama dan wujud implementasi yang sama. Bagi sebagian orang bisa menjadi solusi yang baik untuk kebahagian keluarganya, dan untuk memenuhi kebutuhan manusiawinya sebagai pria muslim yang normal. Namun bagi orang lain, bisa jadi bukan solusi yang baik, atau bahkan justru menjadi bibit dari banyak prahara dalam kehidupannya.

 Maka, marilah meletakkan poligami secara proporsional dalam kehidupan Islam kita. Pasti, kita harus menerima adanya syariat poligami dalam Islam. Dan kita mendoakan kebaikan bagi mereka yang melaksanakan poligami secara proporsional dan berusaha mengikuti bimbingan Islam dalam menerapkannya.

"Spesial buat mas paijoku sayang, I love you..."

Aku Rindu