Jun 1, 2015

Yang Namanya Rasa

Berbicara tentang rasa, maka tak akan pernah mengenal tanda titik. Akan selalu koma, atau itupun tak akan pernah ada. Bahkan terkadang justru menimbulkan sejuta tanda tanya. Boleh saja, ada yang ingin mencoba?

Tak semuanya bisa dikatakan, bahkan dinilai tentang kebenarannya. Dinikmati saja sensasinya, maka kau akan memaknainya lebih dalam. Rasa itu akan disimpulkan melalui ekspresi yang telah kau munculkan dalam sikap, ucapan, ataupun raut wajah. Tenang saja, tak akan ada yang berhak untuk menyalahkan sebuah rasa. Karena rasa adalah ibarat titik diri kita. Bukan kita yang menghendaki rasa itu ada.

Tak selamanya murung menandakan kekecewaan. Menangis tak selamanya menandakan mereka bersedih. Bahkan tertawa pun bukan sebuah jaminan bahwa mereka bahagia. Lalu? Hanya hati yang bisa berkata tentang rasa. Hati yang akan berkata jujur tentangnya.

Hingga saat ini aku tak tahu bagaimana mengurangi rasa yang telah terlanjur mengerak di diriku. Apa bisa? Aku selalu berharap begitu. Karena aku pun tak pernah mengharapkan rasa itu. Rasa yang selalu mengusikku. Rasa yang selalu membuatku berfikir ulang tentang semua rasa yang telah ada. Aku telah dibuatnya menangis, sedih, bahagia, galau dan tertawa, tetapi aku seolah tak melakukan itu semua. Apa ini? Apa aku ini aneh?

Aku Rindu