Jun 6, 2015

Wanita dan tugas mulia

“Mendidik adalah tugas bagi seluruh orang yang terdidik” 
begitulah kutipan dari salah satu buku yang saya baca. Bukan hanya tugas guru di sekolah kan? Tapi tugas kita semua yang merasa dirinya terdidik. Lalu pemikiran saya bergeser jauh lebih dalam, tugas ini akan menjadi berkali-kali lipat bagi seorang Ibu yang kelak dia akan menjadi sekolah terus bagi anak-anaknya. 

Ibarat anak adalah kertas putih, maka Ibu membantu mengarahkan mereka pada warna-warna yang akan dipilihnya kelak. Ini bukan hanya tentang belajar matematika, kimia, biologi, ekonomi dan ilmu pengetahuan lainnya, tapi seluruh hal tentang hidup ini, dari hal yang sangat sederhana hingga hal yang rumit. Terutama agama yang merupakan pondasi kita, bahkan bukan hanya pondasi, tapi juga pedoman hidup kita. Saya paham, mungkin tak semuanya mampu kita kuasai, atau bisa jadi kelak Ibu pun bisa belajar pada anak-anaknya. 

Hanya saja, bukankah setiap sekolah pun terus melakukan perbaikan agar dapat menghasilkan lulusan-lulusan terbaik? Saya pikir teori itu pun sama bagi setiap Ibu. 

Jadi menurut saya, bagi wanita yang masih muda, hal yang paling dikhawatirkan bukan seberapa pesat karirnya bisa terus meningkat, seberapa tinggi jabatan yang bisa dicapai, dan seberapa banyak gelar yang bisa diperoleh, tapi seberapa mampukah kita menjadi seorang Ibu kelak. 

Sudah cukupkah ilmu kita? Sudah siapkah diri kita? Sudah terjagakah iman kita? Ini bukan berarti wanita tidak boleh berkarir dan berkarya, tapi ingatlah bukankah tugas paling mulia bagi seorang wanita itu menjadi seorang ibu? 

*ah yaaa, mungkin pemikiran saya saat ini terlalu jauh, tapi biarlah menjadi refleksi di setiap proses pembelajaran, pancarian ilmu, dan perbaikan diri.

Aku Rindu