Jan 31, 2018

Memahami Diri Sendiri

Tidak ada seorangpun yang benar-benar paham dan tahu tentang keadaan  dirinya selain dia sendiri. Baik itu tentang tingkah lakunya, sifatnya, bahkan perasaannya. Maka memaksa orang lain untuk mengerti keadaan yang kita alami adalah sebuah penggalian lubang kekecewaan yang nyata.
Memahami diri sendiri itu bukan hal yang mudah, menurutku. Layaknya proses penemuan jati diri, proses memahami diripun membutuhkan waktu yang cukup panjang dan menguras cukup banyak emosi. Tak ada yang bisa menjamin pada usia ke berapa seseorang dapat menemukan jati dirinya. Tapi bukankah jika seseorang telah menemukan jati dirinya, maka seyogianya dia sudah mampu memahami dirinya?
Umumnya, seorang remaja akhir dituntut untuk menjadi dewasa oleh lingkungannya. Tidak peduli apakah ia sudah puas dengan masa remajanya, apakah proses pencariannya sudah tuntas, atau apakah dirinya sendiri sudah benar-benar siap menjadi dewasa. Karena menjadi dewasa adalah sebuah keharusan meski tidak gampang. 
Seseorang yang telah dewasa itu selalu di hormati karena tampak berwibawa dengan segala kematangan pikiran dan pemahaman dirinya. Namun, di sisi lain orang dewasa juga mempunyai banyak permasalahan, banyak pergolakan batin, banyak pertimbangan, banyak campur aduk rasa, belum lagi memikirkan tentang hari esok dan masa yang akan datang. Sungguh melelahkan.
Aku selalu cemburu pada gelak tawa yang keluar dari bibir-bibir mungil gerombolan anak yang sedang bermain lompat tali di lapang. Atau pada teriakan dengan napas tersenggal karena berlarian saling mengejar. Juga pada sorak girang seorang anak yang berhasil membidik kelerengnya tepat sasaran. Rasanya yang mereka tahu hanya bahagia, kalaupun ada air mata itu tidak akan bertahan lama. Karena dulu akupun begitu, dan sungguh aku rindu.
Tapi disinilah aku saat ini. tak ada mesin waktu untuk kembali ataupun mengulang. Kenyataannya adalah waktu tetap berputar tanpa kembali ke titik awal. Aku mempunyai setumpuk tugas untuk tumbuh dan mendewasa, memahami berbagai rasa, juga memahami semua tentang diri. karena tidak ada orang lain yang akan bersedia melakukannya untukku. Itu tugasku.
Namun, aku bersyukur karena hidup dan tumbuh di lingkungan yang baik, juga mempunyai keluarga yang benar-benar peduli dan menyayangi. mereka akan selalu ada untuk menguatkan, bahkan menjadi alasan kakiku tetap melangkah menuju masa depan.
maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”

Aku Rindu