Jun 22, 2015

Pesan Rembulan

Aku cemburu pada rembulan yang kau tatap dengan begitu sendu, penuh rindu. Sepertinya kau lupa bahwa di sampingmu, ada aku. Mungkin pikiranmu sedang mengawang bersama sunggingan senyum yang berusaha kau sembunyikan. Ah, rembulan sebegitu berarti untukmu.

Kusodorkan secangkir cokelat panas yang sedari tadi tak kau acuhkan; mencoba mencuri perhatian. Nihil. Masih saja kau dongakkan wajah menikmati malam yang pekat. Rembulan itu bercahaya sendirian. Setelah sekian waktu, parasmu berangsur menjadi begitu damai.

Tidak kusangkal bahwa rembulan malam ini cantik mempesona. Tetapi tetap saja, aku lebih tertarik untuk memperhatikanmu. Mengapa memilih yang jauh jika yang begitu dekat tampak bersinar cemerlang?

Kau tersenyum. Memalingkan wajah dan mendapatiku gelagapan mengalihkan pandangan. Cahaya di sekitar kita begitu redup. Semoga kamu tidak sempat melihat semu pada pipiku.

“Terima kasih telah memberiku waktu.” ujarmu. Genggaman tanganmu benar-benar hangat. Mengalir kebahagiaan yang memicu jantungku berdegup lebih cepat. “Aku tidak tahu harus mengucapkan apa padamu, tetapi apakah kau mau mendengar pesan rembulan untukmu?”

Tatapan mataku bertemu tatapan matamu. Lekat. Berbinar-binar. Senyum adalah jawaban. Pun, kamu selalu tahu bahwa aku suka mendengarkan.

Pesan sang rembulan, “Ada seorang perempuan yang cemburu padaku. Dia sedang duduk bersisian denganmu. Menatapmu lekat seolah takut kau dicuri olehku. Katakan padanya, bahwa kau bercakap-cakap denganku, selalu tentang dia. Perasaanmu yang ingin menjelma kata-kata, namun begitu kelu untuk diungkapkan.

Rasa yang menjadi begitu pemalu karena telah menunggu sekian waktu. Seakan perlakuan saja sudah cukup, namun terkadang ia sangsi untuk percaya.

Katakan padanya, meski jauh, meski dekat, dia tetap bercahaya lebih indah; di hatimu. Tidak sepertiku yang hanya tertangkap pada indera mata. Tidak sepertiku yang harus menunggu gelap agar gemerlap. Tidak sepertiku yang samar-samar meredup dan terkadang melengkung segaris sabit. Dia adalah indah. Dia adalah sebuah dunia yang berbeda. Dia adalah penguatmu. Dia adalah yang selalu setia menunggumu. Dia adalah doa-doa yang memudahkan hidupmu. Dia bisa menjelma apa saja. Maka, terkadang yang dia butuhkan hanyalah ungkapan terima kasih dalam kata-kata cinta. Bukan apa-apa.”

Aku Rindu