Lahir dengan
zaman yang berbeda membuat orang tua dan anak memiliki cara pandangan hidup
yang berbeda. Pemahaman terhadap sesuatu hal menjadi berbeda. Suatu hari aku
mendengar keluhan temanku tentang orang tuanya yang begitu mencemaskan,
mencemaskan keberadaannya, selalu menahannya pergi jauh, dan lain-lain.
Karena kata
cinta antara orang tua dan anak memiliki makna yang berbeda sehingga menjadikan
wujud cinta pun menjadi berbeda. Mungkin hanya sedikit bentuk cinta yang orang
tua tahu. Mungkin, hanya itu cara yang mereka tahu untuk menunjukkan cintanya.
Atau mungkin, menurut mereka itulah bentuk cinta terbaik dari segala bentuk
cinta yang ada.
Orang tua
yang selalu menyuruhmu sudah di rumah sebelum jam 9 malam. Mereka yang selalu
menanyakan kemana kamu pergi, dengan siapa, pulang jam berapa. Orang tua yang
tidak mengijinkanmu mendaki gunung yang tinggi. Tidak mengijinkanmu pergi
dengan laki-laki berdua. Orang tua yang tidak memberikanmu HP tercanggih saat
ini. Orang tua yang selalu menyuruhmu begini dan begitu. Orang tua yang selalu
marah-marah melihatmu bangun siang.
Cinta tidak
selalu bermakna menjadi tindakan yang menyenangkan, tidak pernah selalu
menjelma menjadi hal-hal yang membahagiakan. Justru cinta hadir dalam bentuk
kepedulian dan kekhawatiran yang sering kita keluhkan.
Setelah itu
cinta akan menjadi wujud keikhlasan. Membiarkanmu pergi dengan hidup barumu
dengan seseorang. Membiarkanmu pergi tanpa sedikitpun mereka menahanmu untuk
tetap bersama mereka.
Setelah itu
cinta akan menjadi wujud-wujud yang berulang saat kita menjadi orang tua.
Karena kita telah belajar bentuk cinta yang mungkin dulu kita benci. Hari itu,
ketika kita menjadi orang tua. Kita akan tahu bahwa cinta benar-benar tidak
sempat menjadi kata-kata karena semua telah menjadi tindakan.