Mar 25, 2018

Pagi Yang Hangat

Jika malam adalah rembulan, maka pagi adalah hangatnya cahaya, perlahan mengintip dibalik tirai jendela yang kadang enggan kubuka.
malu-malu, perlahan menyusup, memantulkan sinar keemasan disepenuh ruang.

Aku dengan rambut tergerai dan piyama menangkap cahaya, memenuhi rongga paru-paruku dengan udara, memuaskan mataku menatap langit yang telah tersingkap tak lagi pekat.
Gigilku sejak semalam memudar.

Pagi adalah asa yang baru, dan waktu yang baru menghidupkanmu dalam wujud sadarku, bukankah semalam tadi hanya mimpi ?

Aku hadirkan senyumku, pada segelas yang kuteguk perlahan, pada hangatnya sarapan pemuas organ abdomenku sejak semalam yang melilit terhalang kantuk.

Pagi ku selalu sama, terus menerus selayak acara televisi yang diputar di waktu yang sama, hanya kadang aroma cahaya berselingan dengan rintik hujan atau awan mendung.

Rasaku padamu pun masih sama, bahkan perlahan meningkat seiring kau yang tampak menjadi kian mempesona di mataku.
Aku masih menyimpan rindu yang sama, meski rinduku katamu tak ada artinya berbanding rindumu yang slalu lebih besar dari bulir-bulir rindu yang ku simpan.

Akhhh, pagi ini hangat, kian hangat dengan kamu, tak perlu secangkir kopi itu.

Aku Rindu