Oct 11, 2015

Pernikahan, Menyatukan dan Mencintai Sampai Mati

Berkali-kali mengikuti upacara pernikahan, pesan yang selalu disampaikan kepada kedua mempelai hanya satu. Mencintai sampai mati dan hanya maut saja yang bisa memisahkan.

Susah-susah gampang, terlihat sederhana. Awalnya tentu saja mudah, semua berjalan begitu indah. Namun keluarga ibarat sebuah kapal. Ada gelombang dan badai yang akan mengguncang bahtera. Konflik akan selalu terjadi, cinta bisa saja mulai tergerus. Diperparah ketika ada salah satu ada yang mulai berkhianat.


Perceraian akhirnya menjadi solusi. Baru menikah satu tahun akhirnya berpisah. Padahal sewaktu menikah pestanya saja tiga hari tiga malam. 
Menghabiskan uang bermilyar-milyar. Banyak orang diundang agar semakin banyak yang memberi doa restu. Namun akhirnya kandas juga.

Kenapa bercerai? Karena Tuhan berkehendak. Itulah jawaban terbaik yang selalu menjadi dalih. Jadi Tuhan boleh dipersalahkan oleh anak-anak korban perceraian orangtua mereka.

Menyaksikan sepasang anak manusia mengikat janji itu luar biasa. Serasa ada kekuatan magis menyelubungi kedua mempelai. Coba lihat kembali suasana waktu ijab kabul. Pernikahan menyatukan dua manusia yang berbeda. Dua pribadi akan hidup bersama, meninggalkan keluarganya.


Sering kita jumpai kata-kata “Selamat Menempuh Hidup Baru”. Memang tepat kata-kata itu. Pernikahan adalah sebuah hidup baru. Hidup baru di dunia yang baru. Bagi yang sudah menikah pasti tahu sekali soal ini.
Memutuskan untuk menikah bisa dikatakan adalah putusan yang berani. Berani keluar dari zona nyaman hidup sendiri. Kesana kemari tidak ada yang melarang. Seperti lirik sebuah lagu lama. Bisa berpetualang, termasuk menjadi petualang cinta.

Menikah itu berarti menerima tantangan. Orang ditantang untuk mencintai sampai mati. Bagi mereka yang belum menikah silakan dipikirkan lagi. Ini sesuatu yang sulit. Bagi yang sudah menikah, untuk TETAP mencintai sampai mati bukan sesuatu yang gampang. Tetapi jangan kawatir. Satu catatan yang kadang dilupakan bahwa ada Tuhan yang dilibatkan dalam upacara pernikahan. Bukankah pernikahan dilakukan sesuai tata cara agama masing-masing? Ini bukan sekedar kewajiban agar pernikahan itu dianggap sah semata. Manusia dengan kerendahan hatinya mengajak Tuhan untuk terlibat di dalamnya. Menyuburkan terus kehadiran Tuhan di dalam keluarga.

Jadi beranikah mencintai sampai mati? Harusnya berani. Manusia yang lemah dan penuh kekurangan itu bisa meminta Tuhan untuk membantu mereka agar bisa mencintai satu sama lain sampai mati.

Aku Rindu