Oct 17, 2015

Gosip

"Membicarakan kejelekan orang lain adalah sebuah cara tak jujur memuji diri sendiri…"

Sering dengar percakapan seperti ini gak?
"Eh, udah dengar kabar terbaru? Gileeee, si anu itu ternyata selingkuh.. Dia sudah begini begitu ama si ani, naaaaah sekarang malah istrinya mau ditinggalin..." 

"Wuaah, bukan hanya itu jeng, yang aku dengar malah lebih parah lagi. Dia sudah begini begitu... bla bla bla.."

atau 

"Si anu itu sok banget ya, mentang-mentang dekat ama bos..."

"Iya, tau gak, dia kemarin melakukan ini itu, begini begitu, gosip gosip gosip, yada yada yada.."

Setiap salah satu dari kita memulai membicarakan keburukan orang lain (yang kebanyakan adalah teman kita sendiri, yang kebetulan tidak ada di situ), sebagian besar dari kita, langsung menyambar seperti petir dengan senang hati. Mula-mula, kita hanya membicarakan kasusnya yang terbaru, lalu mulai merembet ke mana-mana: keburukan-keburukan pasangannya, gaya berjalannya, agamanya, sampai gaya sisiran rambutnya. Lalu akhirnya kita menghabiskan waktu produktif berjam-jam untuk mengupas keburukan-keburukannya.

Kenapa kita begitu suka menceritakan keburukan orang lain? 

Bagaimana cara agar orang tidak ngomongin mulut kita yang bau petai? Yup. Ajak mereka membicarakan mulut teman kita yang sedang bau jengkol.

Para ahli psikologi mengatakan: bahwa manusia pada dasarnya suka menyembunyikan keburukan-keburukannya sendiri. Ia berusaha sekuat tenaga agar orang lain tidak mengetahui keburukan-keburukannya itu. Jalan yang paling mudah, ya biarkan keburukan-keburukan orang lain yang disorot (‘walau aku bejat, noh si X jauuuh lebih parah..”) Kalo perlu dibumbui-bumbui, dilebih-lebihkan, sehingga keburukan kita semakin tidak menonjol. Semakin seseorang itu tidak percaya diri (minder), semakin suka ia menyebarkan keburukan-keburukan orang lain.

Tapi mari kita logika kan. Saat teman kita tidak ada, kita gosipkan dia dengan senang hati dengan teman-teman kita yang lain. Lalu coba balikkan badan anda dan tinggalkan ruangan itu... Coba tebak siapa yang mereka gosipkan berikutnya? Betul. Anda. Saya belajar bahwa orang-orang yang suka menceritakan keburukan-keburukan orang lain kepada saya, pada saat saya tidak ada, pasti sayalah yang menjadi sasarannya.. Itu sudah menjadi kebiasaannya.

Banyak dari para penggosip itu yang bilang: “aku temen dekatnya, makanya aku tahu banget kelakuan dia…bla bla bla..” Itukah seorang teman dekat yang sejati? Kalau kita teman yang sejati, kita akan memberi tahu kepada teman kita langsung kekurangan-kekurangan dia, bukan membicarakannya di belakangnya.

Kemana gosip itu akan membawa kita? Tidak ke mana-mana. Apa pendapatan kita akan bertambah? Apa kualitas hidup kita akan meningkat? Apakah hati kita akan menjadi damai? Kita cuma memuaskan ego kita: mencoba merasa diri kita lebih baik dari orang yang kita gosipkan. Dan yakinlah gosip itu, cepat atau lambat, akan berbalik memakan diri kita sendiri. Suatu saat, tidak akan ada teman-teman yang akan mempercayai kita lagi... 

Dan benarkah kita lebih baik dari orang yang kita gosipkan? Kita akan selalu berhasil menemukan keburukan siapapun, tapi kita jarang sekali bercermin mencari keburukan kita sendiri.. Cobalah cari orang yang terbaik di antara kita, silahkan tunjuk, siapa saja, dan pasti kita bisa menemukan satu keburukannya untuk digosipkan... 

Dan buat teman-teman yang pernah jadi korban gosip: bersyukurlah... 
Sesungguhnya itu menunjukkan posisi kita semakin tinggi. Itu menunjukkan kita cukup berharga untuk dibicarakan... Coba lihat, siapa yang paling sering kita gosipkan? Orang terkenal atau orang yang biasa-biasa saja? Orang yang berprestasi, atau orang yang tidak melakukan apa-apa? Orang yang kaya, atau orang yang miskin? 

Jadi, jika ada yang menggosipi kita di belakang, tandanya: kita sedang berada di depan.. Jika ada yang mencoba menjatuhkan kita, tandanya: kita sedang berada di atas.. Dan jika ada yang menghinakan kita, tandanya: posisi kita sedang mulia..

“Percakapan adalah olahraga pikiran.. Gosip, hanyalah latihan lidah”

Aku Rindu