Oct 23, 2015

Al-Hubb Fillaah


Rasa cinta dan benci, wala’ dan baro’ yang paling kuat adalah rasa yang berlandaskan karena Allah Ta’ala saja. Bukan semata karena hubungan darah, pertemanan, ashobiyyah golongan maupun karena kepentingan dunia lainnya. 

Mengungkapkan cinta? Wuih... buat sebagian orang, mungkin itu hal yang biasa, bahkan teramat biasa. Sana-sini tebar pesona, bagai Ramli si Raja Chatting atau Arjuna si Pencari Cinta. Emang, dahsyatnya ungkapan cinta kepada seseorang, jangankan ke gurun atau ke kutub, luasnya laut siapa takut. Setia menemani sang kekasih dalam samudra cinta, walaupun rakit hanya terbuat dari gedebong pisang yang diikat daun ilalang. Kayuhan tangan pecinta berlayarkan secarik hati yang telah menyatu, yakin menggapai cinta-Nya hingga ujung waktu.

Cinta... selalu mengharu-biru perasaan manusia. Cinta kadang tersaji dalam hidangan alunan nada menye-menye melankolik, namun cinta juga bagaikan mutiara yang dapat menjanjikan keamanan, ketentraman dan kedamaian. Duahsyaat nian!!! Karena itu, Syaikh Yusuf Al-Qardhawiy pun pernah menganalogikan cinta ibarat quwwah maghnathisiyyah (kekuatan gaya grafitasi), apabila kekuatan gaya grafitasi dapat menahan bumi dan bintang-bintang dari saling bertumbukan, maka cintalah yang menjadi kekuatan penahan dari terjadinya benturan antar manusia yang menyebabkan terjadinya kehancuran. 


Kesesuaian dan keseragaman yang dasarnya bukan karena Allah, sifatnya hanya semu dan sementara. Sedang hati-hati yang bersatu karena-Nya adalah pertalian sejati yang akan kekal hingga meraih jannah-Nya, insya Allah Ta’ala.
Sebuah kebersamaan abadi yang merupakan cita-cita setiap hamba…

Aku Rindu