Aug 28, 2015

Wanita Dan Belanja

Wanita dan belanja, dua hal yang seakan tidak terpisahkan. Sudah menjadi rahasia umum bahwa yang namanya wanita, identik dengan kata shopping atau belanja. Ada yang sederhana dalam berbelanja, beli yang dibutuhkan, sesuai kemampuan. Ada juga yang cenderung berlebihan, gak mengukur kesanggupan diri bahkan sampai rela berhutang.

Jujur saja, saya sendiri sebagai wanita gak gampang lapar mata, baik di dunia nyata maupun maya. Karena teman saya ada yang gila belanja. Apa-apa serba kepengen. Ada barang murah dan diskon, langsung beli, padahal butuh juga gak. Padahal kalau mereka tahu trik marketing, sebelum didiskon harganya udah dinaikin lebih dulu.

Atau budaya serba latah, ada barang yang baru keluar dan banyak peminatnya, tertarik. Kadang rela ngantri-ngantri segala. Dikejar juga sampai dapat, walo harganya gak masuk di akal dan hanya dipakai beberapa kali kemudian digeletakin begitu aja di lemari. “Habis, penasaran sih..” akunya...hehe...

Denger testimoni orang tentang suatu produk atau makanan, penasaran. Padahal duit di kantong gak menunjang, tapi demi memuaskan rasa penasaran itu tadi, sampai rela bela-belain diri buat berhutang. Tabiat wanita memang suka belanja dan suka sama barang bagus, murah lagi. Kebanyakan wanita juga lebih cermat dalam berbelanja daripada laki-laki. Kebanyakan, walau gak semua.

Menundukkan tabiat itu yang susah, karena kebanyakan wanita itu cenderung pakai perasaan dan memperturutkan kata hatinya. Makanya kalau jadi wanita yang pandai memenej nafsu dan keinginan belanjanya, karena itu harus.  Rasional dalam memutuskan membeli barang, hemat, cermat dan bersahaja *pramuka mode: on..haha...

“Mereka (para suami) pantaslah bersyukur. Di saat banyak wanita yang menuntut tambahan harta dunia, bahkan mendorong suaminya untuk menghalalkan segala cara. Hanya untuk memuaskan rasa dahaga yang tidak akan pernah tuntas. Tapi istri shalihah selalu menyejukkan mata suaminya dengan kesyukuran dan kesabarannya..”

Ya, suami mana yang tidak tentram hatinya memiliki istri yang selalu ridha dengan yang apa yang ada, qana’ah dan tidak mudah silau akan dunia. Hartanya aman di tangan istrinya. Sebaliknya, betapa susahnya hati seorang suami yang memiliki istri hobi belanja dan boros menghamburkan uang untuk sesuatu yang tidak perlu.

Pernah saya membaca curahan hati seorang suami di rubrik konsultasi sebuah majalah keluarga Islam, yang mengeluhkan kebiasaan istrinya berhutang sampai jutaan rupiah untuk memenuhi keinginannya berbelanja. Sudah dilunasi oleh sang suami, lalu berhutang lagi, demikian seterusnya. Mau dicerai, masih cinta. Gak dicerai, sang suami sudah tidak sanggup lagi menasehatinya. Dilema..

“Ghadhul bashar itu, bukan hanya kepada lawan jenis saja. Tapi juga kepada dunia dan gemerlapnya. Ambillah seperlunya. Semakin dirimu mampu menundukkan pandangan dan memangkas keinginan terhadapnya, maka jiwa akan semakin tenang. Tak lagi silau dengan apa yang bukan milikmu. Hati tak lagi lelah akan hiruk pikuk dunia dan orang-orang yang mengejarnya…”

Semoga Allah selalu menghindarkan kita, para wanita, dari sifat tabdzir atau berlebih-lebihan dalam berbelanja. Mampu atau tidak mampu membelinya. Ingatlah bahwa setiap harta yang kita belanjakan, akan ditanya.. Dari mana ia berasal dan untuk apa ia dihabiskan. Lebih baik kelebihan rezeki itu kita sedekahkan kepada yang lebih membutuhkan. Bukankah salah satu wasiat Rasululllah kepada kaum wanita adalah agar banyak-banyak bersedekah?

Benar juga kata-kata sesepuh saya dulu, gaya hidup itu pilihan. Baik boros maupun hemat. Ada yang dikaruniai rezeki berlebih, tapi memilih untuk hidup sederhana. Ada yang memaksa diri bergaya

mewah padahal penghasilan pas-pasan. Ada yang tengah-tengah, gaya hidup sesuai pendapatan, tapi tak lupa bersedekah. Semuanya adalah pilihan. Terserah kita, mau pilih yang mana, hayoo mau pilih mana nih..

“Ya Rabb, letakkanlah dunia di tanganku.. Tapi jangan letakkan ia di hatiku.. “

Aku Rindu