Saya
tidak suka menunggu, bagi saya menunggu adalah hal yang buang-buang waktu.
Namun, bersamamu, saya merelakan diri untuk tabah menunggumu. Berkali-kali saya
meminta kamu kembali, berkali-kali saya bertanya soal status hubungan kita,
dengan enteng kaubilang; kautak ingin hubungan kita lebih dari teman. Oke, saya
masih keras hati, untuk setia menjadi orang paling tolol di dunia; yang
bersungut-sungut dan meminta soal kejelasan status kita.
Saya
bukan perempuan yang senang mengemis, tapi sekali saja saya mengemis dan kamu
abaikan air mata saya; saya jamin kamu akan menyesali perbuatanmu. Saya akan
meninggalkanmu pelan-pelan, berjalan ke tujuan yang lain, dan menganggap kamu
tak pernah masuk dalam hidup saya.
Kemudian,
kamu akan merasa kehilangan saya, merasa ada yang berbeda karena saya tak lagi
seramah dulu, mencari ke mana saya pergi, dan tanpa sadar kamu akan meminta saya
kembali. Namun, saat itu, saya sudah sangat bahagia bersama seseorang yang
baru, yang saya yakini sebagai masa depan saya. Dan, kamu melakukan apa yang
saya lakukan dulu, mengemis dan meminta saya kembali menjalin hubungan
denganmu.
Saat
itu, memandangmu pun, saya tak akan sudi. Dengan sedikit senyum sinis, saya
akan menyampaikan satu kalimat padamu, “Saya tidak akan pernah kembali lagi
padamu meskipun kau meradang, meronta, dan meminta.”