Merelakan
Adalah
satu kata kerja yang beratnya setengah mati. Seperti menghempaskan segalanya.
Yang masih takut bagi kita untuk menerka-nerka bagaimana rasanya setelah
terhempas. Hingga akhirnya kita hanyalah ketakutan-ketakutan kita sendiri,
kumpulan kecemasan.
Seperti
menghirup dan menghela nafas, mungkin begitulah kerelaan. Kita membutuhkan
waktu dan tenaga lebih dalam menghirup, membiarkan udara memenuhi rongga dada
lalu setelah terisi, dengan satu hembusan…..semua yang sudah diusahakan,
dilepaskan. Tapi kita tidak hancur, kita justru merasa utuh. Lalu melakukan
kerelaan-kerelaan itu terus. Untuk bertahan, bahkan. Menghirup dan menghembus,
menghirup dan menghembus, begitu seterusnya.
Ada
satu hal penting dalam sebuah kerelaan; memahami. Bagaimana cara kita memahami,
entah itu situasi, perasaan, orang lain, hal-hal yang pergi serta tidak bisa
kita kendalikan, dan banyak lagi.
Barangkali
ketika kita berat untuk melepaskan, kita hanya belum bijak memahami; bahwa
semua hanya titipan. Bahwa akan ada ganti yang lebih baik. Bahwa semua
perbuatan baik selalu mendapat balasan yang jauh lebih baik. Kita tidak pernah
tahu apa rencana Tuhan.
Just
let it go. Let God.