Kapan kita akan mati itu pasti. Hanya saja, kita tak bisa
mengetahuinya hari ini. Percuma berusaha memperpanjang usia, karena kematian
sudah pasti datangnya. Nggak lebih cepat, juga ngga lebih lambat. Yang bisa
kita usahakan adalah bagaimana keaadaan ketika meninggal nanti. Husnul khotimah
kah? Atau justru sebaliknya?
Sebanyak apa rezeki kita itu pasti. Jangan cuma membayangkan
dalam nominal, karena rezeki bisa dalam bentuk kawan yang baik, hidup yang
tentram, juga kesehatan. Maka yang paling penting adalah cara kita
memperolehnya. Apakah menjadikan jatah rezeki kita halal atau sebaliknya?
Pasangan hidup juga sudah pasti. Aku belum tahu banyak apa
yang harus kulakukan tentang ini, tetapi kurasa khawatir bagaimana menjemputnya
lebih penting daripada khawatir akan bersanding dengan siapa. Apakah dalam
pertemuan dengannya kelak kita sudah menjadi versi terbaik dari diri
kita–sehingga begitupun dengannya–atau hanya menjadi kita yang apa adanya?
Ah, kita ini, mengapa khawatir sekali akan hal-hal yang
bukan dalam kendali kita sendiri?