Sep 18, 2017

Yang Terlupakan

Ada alasan dibalik mengapa dia tidak mau terlalu dekat kembali dengan orang-orang. Semenjak kejadian itu, dia menutup rapat-rapat rahasia yang ia miliki. Berharap orang-orang tidak melakukan hal yang menyakiti perasaannya lagi. Namun percuma saja, bukannya semakin membaik, masalah selalu saja datang padanya.

Dia lemah, tak mampu berkata apapun. Sudah kalah sebelum menindak masalah itu.

Dia terlalu mudah untuk disakiti. Baru saja kau cubit dirinya, mungkin ia sudah menangis.

Dia bahkan bodoh, terus memikirkan kesalahan-kesalahan yang ia buat. Bahkan kesalahan orang lain yang jelas bukan kesalahan dirinya. Ia anggap sebagai salahnya.

Hidupnya sungguh miris, tak punya bahu lain untuk ia sandarkan. Ia selalu bicara sendiri, pada dirinya. Menyemangatinya agar tidak mudah untuk menyerah.

Kalian mungkin akan menganggap dia gila dan perlahan menjauhinya. Sungguh langkah yang salah. Hal itu membuat dirinya berharap agar lenyap dari dunia. Membuatnya hidup tanpa tujuan. Hidup tanpa arti. Sudah lama ia tidak merasakan tulusnya perasaan orang lain padanya, yang ia rasakan hanyalah pahitnya caci maki dari mulut mereka.

Mereka tak pernah mengerti. Mereka yang sadar dia sedang risau, bukannya membantu. Mereka menanggap itu masalah sepele. Hingga dia dianggap kekanak-kanakan. Sungguh, sekali lagi. Itu langkah yang salah.

Kalian tahu, semua masalah datang karna segala sesuatu yang kecil. Mungkin kalian tak sadar, berapa kali kalian berbohong hanya untuk menutupi satu kebohongan kecil. Berapa kali kalian marah hanya karna satu kesalahan kecil. Kalian tak sadar begitu bermasalahnya hal-hal kecil itu. Tanpa kalian sadari, kalian sudah berteman dengan mereka.

Tahu tidak apa harapan kecil yang terpendam dalam dirinya? Dia berharap kalian membuka mata dan hati untuk sekitar, agar tak ada korban seperti dia di hari esok.

Aku Rindu