Tidak bisa dipungkiri memang. Terkadang kita merindukan
sesosok manusia yang bisa dijadikan teman. Dijadikan saudara sehidup semati.
Dijadikan tempat sandaran.
Kita
juga tidak bisa memungkiri, di balik kebahagiaan kita dengan kesendirian, kita
tetap merindukan seseorang. Sekalipun kita tahu bahwa Allah tidak pernah
membiarkan kita sendiri.
Tunggu…
Bukankah manusia adalah makhluk sosial yang butuh berinteraksi?
Kita
lihat sesosok manusia terbaik yang pernah berjalan di muka bumi. Rasulullaah
shallahu'alayhi wa sallam. Ketika amanah berat menimpanya, beliau meminta satu
permintaan pada istri tercintanya.
“Selimuti
aku.. Selimuti aku..”
Atau
ketika beliau hendak hijrah. Di tengah tekanan kaum musyrikin Quraiys yang
hendak membunuhnya. Beliau ditemani seorang sahabat terbaik. Dialah Abu Bakar
ash-Shiddiq.
Manusia
terbaik pun butuh teman.
Ah,
terkadang kita terlalu sering memungkiri kenyataan hati yang sejujurnya rindu,
kangen, butuh dan juga ingin ditemani. Tapi, kadang kita sok tegar. Mengatakan
bahwa kesendirianku sudah cukup. Allah pasti akan menemani. Tapi tahukah? Allah
ciptakan manusia lainnya kadangkala menjadi perantara ‘teman’ untuk kita.
Menjadi perantara rejeki, kebahagiaan atau tawa dan canda.
Begitulah
kita, manusia.
Terkadang kita sering memungkiri kenyataan hati. Padahal dia
yang selalu berkata jujur.