Apr 22, 2018

Memungkiri Kenyataan

Tidak bisa dipungkiri memang. Terkadang kita merindukan sesosok manusia yang bisa dijadikan teman. Dijadikan saudara sehidup semati. Dijadikan tempat sandaran.

Kita juga tidak bisa memungkiri, di balik kebahagiaan kita dengan kesendirian, kita tetap merindukan seseorang. Sekalipun kita tahu bahwa Allah tidak pernah membiarkan kita sendiri.

Tunggu… Bukankah manusia adalah makhluk sosial yang butuh berinteraksi?

Kita lihat sesosok manusia terbaik yang pernah berjalan di muka bumi. Rasulullaah shallahu'alayhi wa sallam. Ketika amanah berat menimpanya, beliau meminta satu permintaan pada istri tercintanya.

“Selimuti aku.. Selimuti aku..”

Atau ketika beliau hendak hijrah. Di tengah tekanan kaum musyrikin Quraiys yang hendak membunuhnya. Beliau ditemani seorang sahabat terbaik. Dialah Abu Bakar ash-Shiddiq.

Manusia terbaik pun butuh teman.

Ah, terkadang kita terlalu sering memungkiri kenyataan hati yang sejujurnya rindu, kangen, butuh dan juga ingin ditemani. Tapi, kadang kita sok tegar. Mengatakan bahwa kesendirianku sudah cukup. Allah pasti akan menemani. Tapi tahukah? Allah ciptakan manusia lainnya kadangkala menjadi perantara ‘teman’ untuk kita. Menjadi perantara rejeki, kebahagiaan atau tawa dan canda.

Begitulah kita, manusia.


Terkadang kita sering memungkiri kenyataan hati. Padahal dia yang selalu berkata jujur.

Aku Rindu