Dan saat semua kenyataan satu demi satu mengelupas dari luka
kebohonganmu. Semuanya terasa sayu. Bukan kesedihan. Tapi kasihan. Bagaimana
kamu bisa hidup dengan itu. Tanpa kejujuran dalam kalbu.
Seringkali
aku mengoreksimu. Gagal. Kamu pun mulai kebal. Dan saat itu aku percaya. Ada
kelayakan yang perlu dipertanyakan. Ada gelisah yang tidak perlu dipertahankan.
Semesta telah memberikan jawaban.
Aku di
sini masih mengamatimu. Bukan untuk sesuatu. Tapi untuk melepaskan sesuatu.
Sesuatu yang tak seharusnya tumbuh.
Terkadang
tangismu adalah tanya. Pun tawamu. Gelisahmu. Gembiramu. Ah, semuanya adalah
tanda tanya. Entah bagaimana kau bisa hidup semisterius itu. Apakah kau enggan
menerima sesuatu yang serius. Atau bahkan kau tak pernah menganggap hidup ini
serius.
Terserahlah. Aku hanya suka mengamatimu saja. Berkelahi
dengan kejujuran. Memperjuangkan kebohongan.