May 30, 2017

Kebencian

Kadang kita tidak sadar, ketika melihat seseorang atau sekelompok orang, terbesit di benak kita: oh dia ini; mereka nggak bisa mengerti; mereka rendahan. Atau malah kita langsung menghindari mereka seakan mereka barang kualitas rendah.

Apa yang kita lakukan itu secara otomatis hadir dalam prasangka kita. Kita memang kadang membenci yang berbeda dari kita. Saat apa yang kita pikirkan berbeda dari mereka, kita akan cepat-cepat tidak menyukai mereka; menganggap mereka tidak lebih tahu dibanding diri kita. Apalagi jika penampilan kita berbeda dengan mereka, hmmm, sudah pasti kita memberi cap stampel kepada mereka, mereka begini mereka begitu. Benar, kan?

Ada pula kebencian yang hadir di sosial media. Ya seperti yang kita tahu, benci berawal dari prasangka. Misalnya, chatting kita lama dibalas; mereka tidak mem-folback; mereka sok kenal sok dekat; mereka lupa akan janjinya; mereka jadi beda pemikiran dengan kita; mereka tidak menjawab pertanyaan kita; dan berbagai prasangka buruk lainnya. Semuanya tidak kita sadari, tapi kita lakukan.

Kita selalu membenci, padahal kita sendiri tidak ingin dibenci.

Fakta bahwa kekecewaan datang silih berganti kepada kita dari banyak orang–dalam banyak hal–bukan berarti jadi alasan kita membentuk prasangka buruk lalu membenci kepada yang lain. Begitu pula kita mesti belajar bahwa banyak hal yang niscaya berbeda-beda. Kalau pun kita senang berkumpul dengan orang-orang yang “sama” dengan kita, tapi sesekali lah menjadi bagian dari mereka yang “beda” itu. Rasakan perbedaan itu dan masuk ke hati mereka.

Salah satu cara mengurangi rasa benci di dalam diri kita itu ya dengan membiasakan memandang orang lain dengan kasih sayang. Pun meredam dendam dengan selalu menyapa duluan.

Selalu ingat, kebencian akan mengundang kebencian lain. Seperti bangkai mengundang burung Nazar.

Aku Rindu