Banyak
persepsi yang berkembang tentang perempuan. Ada 2 pandangan ekstrim tentang
perempuan, yang pertama perempuan makhluk inferior atau laki-laki yang cacat
dan yang kedua perempuan setara dalam segala hal dengan laki-laki kecuali dari
segi biologis saja, bahkan perempuan lebih baik dari laki-laki sehingga
pernikahan sesama perempuan itu sesuatu yang agung. Dalam Islam, tidak ada
perdebatan tentang perempuan. Jika ditilik dari sejarah islam,
perempuan-perempuan muslim justru banyak mengambil peran. Contohnya Aisyah yang
begitu cerdas sebagai perawi hadist dan Khadijah sebagai pengusaha yang sukses.
Hidup itu adalah pilihan, sehingga kita harus menentukan pilihan akan berperan
dimana. Ketika sudah menjatuhkan pilihan maka jadilah yang terbaik.
Pada
saat ini banyak digembar-gemborkan tentang kesetaraan gender. Kesetaraan gender
ini bukan berarti perempuan sama dengan laki-laki dalam segala bidang. Setiap
makhluk yang diciptakan Allah mempunyai kodratnya masing-masing, begitupun
perempuan dan laki-laki. RA. Kartini sebagai tokoh emansipasi wanita pun
menegaskan dalam suratnya bahwa usaha untuk mengadakan pendidikan bagi
perempuan bukan untuk menyaingi laki-laki tetapi sebagai bekal untuk
mendidik generasi berikutnya. Ibu merupakan madrasah pertama bagi
anak-anaknya sehingga perempuan-perempuan yang cerdas akan dapat merubah
peradaban.
Pada
dasarnya perempuan dan laki-laki itu saling melengkapi. Tidak ada yang lebih
tinggi satu dari yang lain. Dalam urusan agama, yang membedakan seseorang dengan
orang yang lain pun bukan jenis kelaminnya namun imannya. Masuk surga pun tidak
ditentukan dengan jenis kelamin.
Seiring
dengan perkembangan zaman, kini perempuan telah mendapat pendidikan yang layak,
sehingga banyak-perempuan-perempuan mengambil peran dalam politik, bisnis,
pemerintahan, dll. Berbagai hambatan dan tekanan tentu selalu ada dalam setiap
peran yang diambil oleh seorang perempuan oleh karena itu diperlukan
pribadi yang matang sehingga dapat mengambil peran sesuai dengan kemampuan
diri. Perempuan masa kini harus terus mengembangkan diri, tidak stagnan, dan
belajar cepat. Belajar bukan hanya tugas mahasiswa atau seseorang yang sedang
menempuh pendidikan. Belajar dilakukan seumur hidup seperti yang tertulis dalam
hadist bahwa belajar itu dari buaian hingga liang lahat. Menjadi pendidik
pertama anak manusia bukanlah hal yang mudah. Semakin hari, serangan akan
nilai-nilai yang buruk begitu kuat sehingga seorang perempuan harus membekali
anak-anaknya agar tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif. Bekal-bekal
ilmu ini yang harus terus dipelajari oleh seorang perempuan. Dengan
perempuan-perempuan yang cerdas maka dapat lahir generasi-generasi cerdas yang
dapat membawa bangsa menuju arah yang lebih baik.