Aug 1, 2014

TENTANG DOA

Semua kita sering membaca bahkan tak jarang berucap bahwa doa adalah bagian terpenting dari setiap langkah yang kita buat. Namun ternyata “sering” tak selalu berjalan beriringan dengan “percaya”.

Kadang apa-apa yang terucap di lidah, tak selalu mampu kita yakini dalam hati. Mungkin itu sebabnya mengapa jarak selalu saja mampu mematahkan komitmen antara dua hati yang sudah terlanjur dibuat. Bisa jadi, doa tak diyakini di tiap hati. Bisa jadi. Saya hanya menerka.

Ketika mendoakan seseorang bukan lagi sebuah “hadiah”, namun menjadi sebuah basabasi di media sosial. Agar “seseorang” di sana tahu bahwa kita “peduli”. Apakah doa memang harus seperti itu? Melewati sebuah proses proklamasi dimana orang yang kita doakan harus tahu bahwa ia didoakan?

Mungkin doa sekarang bukan lagi sebuah percakapan rahasia antara satu hati dengan Pemilik Hati. Doa menjadi sebuah alat untuk menarik simpati agar manusia lain bisa menilai bahwa kita adalah “manusia beriman yang percaya pada Tuhan”. Lantas jika sudah begini, apa gunanya kita percaya pada Tuhan jika untuk berkomunikasi denganNya saja kita butuh pujian dan pengakuan dari manusia?!

"Saya mendoakanmu" adalah sebuah kalimat termanis yang akan lebih terasa manisnya jika kalimat itu benar-benar kita lakukan, dalam diam, tanpa proklamasi. Tak semua hal harus kita umbar. Tak semua hal harus orang lain tahu. Mengapa semua orang harus tahu bahwa kau peduli? Mengapa semua orang tahu bahwa kau benar-benar mencintai?

Sebab saat kita mulai membuka satu per satu “pengorbanan” yang kita lakukan, maka ketulusan tak lagi berada di sana. Saat kita mulai menghitung satu demi satu kebaikan yang sudah kita perbuat, maka keikhlasan sudah hilang dengan sendirinya.

Maka, simpan doamu.

Jadikan doamu hadiah terbaik untuk orang yang kau cintai, hadiah terspesial untuk mereka yang juga spesial, hadiah yang tak perlu kau umbar karena saking berharganya hadiah itu. Bagaimana tidak, hadiah itu adalah sebuah ungkapan ketulusan, ungkapan rasa sayang, yang diam-diam kau tembakkan ke Langit. Dan ketika aku didoakan oleh orang yang mencintaiku tanpa aku tahu bahwa dia mendoakanku, maka itulah hadiah terbaik di sepanjang hidupku. Sebuah rasa cinta yang begitu tulus, sebab namaku dia bicarakan di depan Tuhan. Di depan Tuhan. DI DEPAN TUHAN, BUKAN MANUSIA.

Dan jika sudah begitu, apakah perlu lagi aku meminta hadiah? Sedang Tuhan saja sudah lebih dari cukup, bagiku.

(Simpan doamu, agar ia terbebas dari keinginan manusiamu, dalam menggapai apa yang disukai Tuhanmu)..


Aku Rindu