Aug 2, 2014

Kehormatan dalam Kata-kata




Ajining diri gumantung saka ing lathi.

Pepatah berbahasa jawa lama ini sangat bijaksana. Artinya kurang lebih "kehormatan diri tergantung kata-kata yang diucapkan". Di masa-masa pemilu presiden ini, saya berusaha memegang teguh prinsip tersebut. Saya memiliki pilihan saya sendiri dan saya memilih untuk mengamati. Bilapun berdiskusi, itu saya lakukan secara langsung (face-to-face).

Kita bisa melihat kecerdasan (baik itu emosi ataupun kecerdasan intelektual), kebijaksanaan, cara berpikir, pola logika dari bagaimana seseorang berbicara. Baik itu dengan bahasa lisan ataupun bahasa tulis. Dimasa ketika kelembutan hati dan kesantunan diuji saat ini. Saya lebih suka mengamati.

Saya mengamati bagaimana seseorang menuangkan pikirannya dalam status-status di halaman facebooknya. Bagaimana dia memilih kata. Bagaimana dia membalas pesan. Bagaimana teman-teman di facebooknya menanggapi. Kita sama-sama tahu bahwa bila kita ingin mengenal seseorang, kenalilah lingkaran pertemanannya.

Berbicara tentu saja tidak sekedar bahasa lisan, tapi juga bahasa tulis. Agak menyedihkan, banyak sekali dari kita (termasuk saya) kadang tidak bisa mengolah emosi kita dengan baik. Menulis sesuatu di laman dunia maya saat emosi masih meletup-letup. Belum bisa berpikir bijak.

Sangat disayangkan, orang-orang yang saya kenal cerdas tapi menjadi tidak lagi bijaksana. Saya menjadi paham bagaimana cara berpikirnya, bagaimana pengendalian emosinya, bagaimana karakternya. Kefanatikan membuat seseorang menjadi buta. Membuat seseorang menjadi tertutup pikirannya untuk menerima hal-hal diluar dirinya.

Saya tidak ingin membenci, saya juga tidak ingin membuat silang pendapat. Kita sering berpikir untuk saling mempengaruhi. Membuat orang lain meyakini apa yang kita yakini. Bahkan untuk hal yang jauh lebih besar dari itu, agama saya sendiri mengajarkan untuk tidak memaksakan sebuah keyakinan. Saya memilih berada di dalam nasihat itu.

Orang berpendidikan belum tentu bijaksana. Orang yang terpandang pun belum tentu berpikir panjang. Maka bila kita ingin tahu, lihatlah bagaimana perkataannya. Lihatlah bagaimana cara berpikirnya. Lihatnya bagaimana pilihan katanya. Kita akan mengenal seseorang dari cara berpikirnya, sesuatu yang akan menggerakan dirinya menjadi tingkah laku. Kita akan mengenal pikiran seseorang, bukan sekedar titel, almamater, ketenaran dan popularitas, atau label-label lain yang membuat seseorang terlihat terhormat atau terhina.

Manusia sering lupa bawa ada saja yang mencatat perkataan-perkataan kita hari ini. Tuhan Maha Pengampun, tapi internet tidak. Maka mari kita buat curiculum vitae yang baik di sini. Mari kita bijaksana menggunakan setiap media sosial yang ada.

Selamat melatih kehati-hatian dan kebijaksanaan :)


Aku Rindu