Jan 18, 2019

Menjadi Lebih Mengerti


Saya membayangkan suatu pagi yang mendung. Dedaunan yang meranggas. Jalanan yang masih basah setelah dibasuh gerimis semalaman. Dan disitu, dipinggir jalan itu, ada ia yang tengah bergegas menuju kantornya. Bekerja seperti orang-orang. Menjemput rizki seperti siapapun. Dan bersiap menimba ilmu seperti para pelajar.

Matanya masih mengantuk. Kurang tidur karena terlalu asik mengumpulkan gugusan wawasan dan pengetahuan terkait bidangnya yang semalaman terpercik dari buku-buku yang ia baca. Yang lalu ia rapikan ke dalam buku catatannya sendiri. Yang saking asiknya berseru-seru “OH GITU!“ sampai hampir lupa ia beranjak ke kasur.

Tetapi pagi ini serupa dengan pagi yang lain. Berkali-kali ia menguap tapi wajahnya tidak layu. Bernyanyi-nyanyi perutnya karena tak sempat sarapan tapi langkahnya tidak gontai. Yang ada adalah semangat dalam dadanya. Yang ada adalah rasa penasaran dalam hatinya, kedapatan ilmu apa lagi hari ini?

Dan saya membayangkan setiap orang seperti itu.

Kita pergi bekerja, tapi gairah kita tak kalah dengan anak kelas satu SD yang baru pertama kali ke sekolah dan bersorak-sorak sepanjang jalan, “HORE! AKU SEKOLAH!!!“

Kita pergi ke kampus, tapi perasaan kita selalu berantakan saking gugupnya karena senang akan menjadi lebih tahu dari hari kemarin. 
Sebab menjadi lebih paham setiap harinya adalah cita-cita kita. Sebab menjadi lebih mengerti setiap harinya adalah harapan kita sejak dulu-dulu. Alasannya satu, ada perasaan yang menyenangkan waktu belajar, waktu sadar bahwa kita masih bodoh, dan waktu tersenyum-senyum mendapati satu rahasia dunia terkuak lewat buku, lewat penjelasan guru-guru, lewat diskusi yang dilemparkan dosen kita pada suatu kuliah.

Dan kita tersadar, bahwa menjadi lebih mengerti itu ternyata membuat kita bahagia.

Aku Rindu