Oct 15, 2018

Memberi Waktu

Kedai kopi. Kita berbincang dari matahari yang mulai condong ke barat hingga tenggelam menjadi gelap. Hujan begitu deras. Hatiku begitu getas.

Pertemuan-pertemuan kita tidak pernah tanpa kepentingan. 
Perbincangan-perbincangan kita tidak pernah tentang selain kehidupan.

Seperti yang berulang kali kuungkapkan, bahwa kau pernah datang ketika aku begitu membutuhkan. Maka, kulakukan hal yang sama untukmu. Aku selalu ada, ketika kau tidak lagi tahu harus berbicara dengan siapa. Aku selalu di sini dan aku selalu peduli. Meski kita bukan apa-apa dan aku bukan siapa-siapa.

Maaf jika yang kumiliki hanya waktu. Maka tetap kuberikan, meski tak juga kau butuhkan. Harapanku, dari hitungan jam, ada sepersekian detik yang membuatmu tersenyum. Memikirkan sejenak tentang kebenaran; bagaimana seharusnya tetap ada batas-batas agar tidak salah jalur, bagaimana setiap keputusan memiliki konsekuensi, bagaimana setiap harapan memiliki kesakitan, bagaimana hidup tidak pernah mudah dan nyaman jika ingin kedamaian yang membahagiakan.

Kamu berhak bahagia, sebagaimana ketika melihat dan mengorbankan segala sesuatunya untuk mereka. Jangan merugikan diri sendiri dengan alasan pura-pura logis, yang sejatinya hanya melarikan diri dari tanggung jawab pribadi.

Ya, hidup akan lebih hidup ketika segalanya memiliki tujuan, bukan sekedar untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan.

Aku Rindu