Sep 13, 2017

Sebuah Perpisahan

Kelak tiba tanggal dimana orang-orang datang menghadiri sebuah perpisahan. Tidak ada jamuan dan cengkrama hangat. Semua tangan memiliki selembar tisu untuk menghapus duka dari pipinya. Yang ada hanyalah doa-doa yang melangit dan malaikat-malaikat yang datang dengan pertanyaan mereka masing-masing selepas bunyi langkah-langkah kaki berangsur pergi.

Kelak rumahmu kehilangan satu pemain yang telah lama mengiringi sepanjang panggung hidup. Kelak kursi di sebelahmu kekurangan satu orang yang selalu kauajak berbicara. Dan kelak nomor yang kautuju takkan bisa dihubungi lagi.

Jangan salahkan diri sendiri bila rasa-rasanya sudah terlambat berpamitan. Semua memang sudah ada waktunya. Memang kitanya saja yang tidak pernah diberi tahu kapan datangnya. Syaraf-syaraf kita memang tidak dirancang untuk merefleks hal yang demikian. Intuisi kita memang tidak ditanam untuk meramal hal yang demikian. Emosi kita hanya bisa merespon sedemikian rupa, mengalahkan logika yang dipatahkan oleh segala bentuk rasa.

Matahari memang selalu terbenam pada waktunya. Kelak ia akan terbit lagi dengan sesuatu yang baru. Hanyutkan saja namanya ke langit-langit dengan harap kau bisa bertemu lagi dengannya kelak.

Aku Rindu