Jul 26, 2017

Tentang Kita

Masih teringat tentang bagaimana kita mengekspresikan bahagia? Tentang waktu yang terasa bergulir begitu lambat, hari-hari yang terasa begitu cerah, dan wajah yang rasanya tak henti menggambarkan senyum ceria.
Sering kali, bukan? Rasa bahagia mampu membuat kita melupakan masa-masa sedih saat ujian perlahan membebani kehidupan. Kita mampu melupakan bagaimana dulu air mata pengharapan memenuhi doa-doa yang selalu kita semogakan. Ingat tidak tentang hari-hari penuh kesabaran? yang kini telah berganti dengan hari yang dihiasi bunga-bunga kebahagiaan.
Namun, kemana kah semua perasaan bahagia itu kita tuangkan? Telah habis bermuara kemana perasaan bahagia itu bersemayam?
Kita (terlalu) sering lupa bahwa apapun yang kita rasakan berasal dari kehendakNya. Lupa kalau sebenarnya esensi kenikmatan dan permasalahan itu adalah ujian. Padahal kesenangan atau kesedihan, bahagia atau duka, semuanya hanya masalah bagaimana kita memberikan pemaknaan.
Seperti ini kah diri kita? Memohon penuh harap kepada Allah, lantas ketika Allah mengabulkan—memberikan nikmat, berbahagianya kita malah ke makhluk?
Wajar bila Allah memberi banyak masalah dan ujian pada kita, agar kita senantiasa selalu dekat kepadaNya. Mungkin itulah cara yang terbaik.
Karena kalau mau jujur, susah rasanya untuk kita dekat sama Allah ketika kita bahagia, karena pada kenyataannya kita baru kembali mendekat sama Allah ketika kita mendapatkan ujian atau ketika hidup kita dilanda kesedihan.
Tau nggak? yang kita lakukan ke Allah itu… jahat.
Tapi Allah masih sayang.

Aku Rindu