Mar 15, 2016

Pasangan Suami Istri Yang Menjalani Hubungan Jarak Jauh

Ketika memikirkan tentang pernikahan, biasanya orang membayangkan bahwa kehidupan setelah menikah itu literally serba sama-sama dan bareng-bareng. Tinggal di bawah atap yang sama, tidur di kamar yang sama, bangun tidur sama-sama, shalat shubuh bareng, ngopi bareng, dan seterusnya.

Tapi tidak semua pernikahan bisa berlangsung sedemikian idealnya.

Seringkali pernikahan menyatukan jiwa dan hati, tapi raga tidak. Beberapa alasan membuat banyak pasangan harus berjarak cukup lama. Pendidikan, pekerjaan, anak, atau alasan personal lainnya.

Jika dalam keseharian kita mengenal istilah Long Distance Relationship untuk menggambarkan hubungan dua orang yang berjauhan tempatnya, dalam psikologi, kehidupan pernikahan dengan model seperti ini disebut dengan commuter marriage.

Dari cerita seorang teman yang sudah memasuki tahun ke-3 pernikahan, tak dinyana dia dan suaminya harus mengalami kondisi ini. Bertemu seminggu sekali, kadang berjumpa via WhatsApp. Sebelumnya mereka berdua tidak pernah mau tinggal terpisah untuk alasan apapun, tapi rupanya kehadiran anak bisa mengubah banyak hal, lho.

Untuk alasan pekerjaan, mereka memilih jalan itu. Realistis sekali, meski mengorbankan kebersamaan. Tapi tetap dalam proses mengusahakan agar bisa kembali bersama.

Tapi buat mereka, hubungan jarak jauh seperti itu banyak sisi positifnya. Setidaknya sampai hari ini mereka merasa keluarga kecilnya tetap seimbang dan utuh. Ada kegeregetan yang lebih terasa setelah berjarak seperti ini.

Ada yang bilang lagi kata seorang teman, memasuki usia 3,4,5 tahun pernikahan, akan timbul kebosanan dan grafik kepuasan pernikahan menurun, dan selalu berpikir ingin mencoba sesuatu yang baru. Berjarak seperti ini bisa memelihara cinta pasangan sehingga menyala selalu. Tidak terlalu jauh untuk didekap, tidak juga terlalu rapat sehingga mematikan ruang-ruang personal. 

Banyak pernikahan yang berujung perpisahan karena pasangan mematikan ruang personal. Ruang personal, menurut saya, harus tetap ada meskipun kita sudah menikah. Apa itu ruang personal? Ruang yang isinya hanya urusan suami atau istri sendiri, tanpa dominasi pasangan. Bukan ruang secara fisik, ya. Tapi ruang keleluasaan bagi suami dan istri sehingga tetap bisa menjadi dirinya sendiri, dengan mimpi dan hobinya masing-masing. Dan commuter marriage, IMO, bisa lebih memungkinkan itu untuk terjadi.

Saya berkata demikian karena membandingkan dengan kehidupan mereka dalam pernikahan sebelum masa commuter seperti sekarang. Ujian bagi seseorang yang mencintai (siapa dan apapun) adalah menghindari keterikatan dengan hal yang fana (dan bukan miliknya). Jika terus-menerus dekat, kadang terlena. Merasa memiliki, merasa berhak meminta, berhak menuntut. Padahal, suami, istri, anak, itu semua punya Allah.

Bukan berarti yang tinggal sama-sama nggak oke loh. Selama ruang personal tetap ada, pasangan mana pun bisa jadi hebat. Ujian setiap keluarga kan beda-beda kale ya.

Idealnya keluarga tinggal satu rumah, syukuri jika sumber penghasilannya dekat dari rumah. Tapi kalau harus berpisah, syukuri juga. Allah ingin hamba-Nya menjemput rezeki, kan? Pokoknya mah syukuri apa yang ada. Karena hidup adalah anugerah.

Aku Rindu