Haruskah perempuan itu pintar kalau akhirnya harus ‘kembali’
ke rumah? Perlukah kuliah hanya untuk melaksanakan tugas sebagai seorang istri?
Pertanyaan di atas kerap ditanyakan khususnya untuk seorang wanita yang ingin
menuntut ilmu setinggi-tingginya namun pada akhirnya memutuskan untuk memilih
profesi ibu rumah tangga.
Pintar merupakan satu kondisi yang wajib, tidak peduli
apakah dia seorang suami atau istri. Ilmu diperlukan dalam segala aspek
kehidupan sekalipun jika pada akhirnya perempuan harus ‘kembali’ ke rumah.
Justru saat seorang wanita memutuskan berumah tangga dia memerlukan pengetahuan
dalam menjalani kehidupannya yang baru sebagai istri dan ibu yang akan
menentukan kualitas generasi selanjutnya.
Perempuan itu harus tekun menuntut ilmu tidak peduli apakah
nantinya akan menjadi wanita karier atau ibu rumah tangga.
Anak-anak mendapatkan pendidikan dasar pertama bukan dari TK
atau SD namun dari ibu karena paling banyak berada di rumah. Bagaimana mungkin
seorang ibu yang tidak pintar bisa melahirkan dan menciptakan generasi yang
cerdas? Generasi yang smart, berkepribadian, dan beriman membutuhkan peran ibu
yang pintar memberi arah dan tujuan bagi anaknya. Perempuan yang terdidik juga
akan lebih mampu mengambil peran ketika anak dalam kesulitan, kurang motivasi,
tertekan, atau sedih. Suatu tanggung jawab yang tidak sederhana namun sangat
penting dalam mendidik anak.
Pembaca pasti pernah mendengar peribahasa “Di balik pria
sukses pasti ada seorang wanita yang hebat”. Hal ini membuktikan pentingnya
peran seorang wanita yang berkualitas untuk mendukung keberhasilan suaminya.
Jadi, sekalipun ibu memilih menjadi seorang ibu rumah tangga, Anda tetap perlu
untuk menuntut ilmu karena masa depan anak dan suami sangat dipengaruhi oleh
kecerdasan ibu atau istri.
Kepintaran itu pada dasarnya bermanfaat untuk diri sendiri,
keluarga, bekal dalam berbisnis, membangun usaha sampingan, mengatur keuangan,
bersosialisasi, membina rumah tangga, mendidik anak agar tidak terjerumus ke
dalam pergaulan yang tidak baik, berkomunikasi, dan mengatur segala urusan lain
di rumah. Istri yang berpendidikan tercermin dari pola pikirnya yang rasional. Selain
itu pendidikan diharapkan bisa memberikan rasa percaya diri sehingga saat suami
membutuhkan masukan, istri mampu memberikan saran-saran yang cemerlang. Pasangan pun terhindar dari kesalahan saat pengambilan keputusan.
Suami bisa menjalankan tugasnya di luar rumah dengan tenang
karena urusan rumah tangga sudah dipercayakan pada sang istri yang bisa
diandalkan mengatasi persoalan di rumah. Bila anak bertanya mengenai pelajaran
sekolah, ibu yang pendidikannya memadai akan mampu mengajarkan anak dengan baik
dan benar.
Bukan hanya di rumah, lingkungan masyarakat juga pasti akan
memperhitungkan pendapat seorang wanita yang berpendidikan untuk kemajuan
warga. Jadi, tidak ada istilah sia-sia kuliah kalau ujung-ujungnya menjadi ibu
rumah tangga asalkan ilmu yang diperoleh bisa diaplikasikan dan dimanfaatkan
untuk mendidik dan mengajar anak menjadi pribadi yang berahklak dan bermoral
baik. Nah, apa jadinya jika seorang wanita hanya pintar ngerumpi dan hanyut
dalam cerita-cerita sinetron yang tidak ada habisnya?
Bagaimana dengan ibu yang belum bisa menikmati dunia
pendidikan? Jangan khawatir. Pendidikan tinggi sangat diperlukan namun tidak
bisa 100% menjamin seorang wanita akan menjadi istri yang pintar mengatur rumah
tangga dan mendidik anak. Menurut saya, pintar bukan hanya di bidang akademik
saja namun yang tidak kalah penting adalah kecerdasan emosional dan intelektual
perempuan. Pengetahuan seperti ini tidak selalu harus didapat dari sekolah atau
kampus.
Kita bisa mengembangkan diri dengan rajin belajar dan
membaca buku, artikel, biografi tokoh sukses, dan lain sebagainya. Banyak
perempuan yang bukan wanita karier dan tidak kuliah namun bisa mengantarkan
anaknya ke perguran tinggi hingga menjadi orang yang sukses. Ibu tersebut
membimbing anak-anak dengan baik dan memberikan gizi yang seimbang. Kejarlah
ilmu dan aplikasikan dalam semua aspek kehidupan karena semakin dimanfaatkan
akan semakin terasah pengetahuan itu. Terpenting adalah kemauan untuk terus
belajar dan mengembangkan kualitas diri.