Jan 29, 2016

Yang Namanya Istri Hebat

Siapakah istri itu sebenarnya? Definisi gampangnya kira-kira istri adalah mahluk berjenis kelamin perempuan yang 'diikatkan' pada seorang lelaki untuk jangka panjang, syukur-syukur sampai seumur hidup, melalui sebuah prosesi penyatuan yang bervariasi tergantung keyakinan maupun budaya masyarakat tempat mereka berasal.Prosesi ini secara umum dikenal sebagai pernikahan atau perkawinan dan seorang wanita yang telah menjalaninya akan segera memikul peran dan fungsi sebagai sosok istri. 

Kacamata Hindu (Cyber Tokoh, edisi 22 Februari 2011) menempatkan pernikahan sebagai yadnya alias anugerah Tuhan dan tujuan perkawinan menurut Kitab Manawa Dharmasastra terdiri atas tiga hal utama; yakni dharmasampatti (pasutri sama-sama mewujudkan pelaksanaan dharma), praja (melahirkan keturunan), dan rati (menikmati kepuasan seksual dan indra tubuh lainnya). Istri dinilai memiliki keistimewaan layaknya Dewi Sri sebagai pemberi keturunan,pembawa kebahagiaan, dan layak dipuja. 

Sementara dalam agama Budha yang memberikan kebebasan penuh pada para pemeluknya untuk menikahi pasangan lintas agama, ada semacam tuntunan bagaimana sebaiknya seorang istri bertingkah laku. Menurut Ven K Sri Dhammananda dalam A Happy Married Life, A Bhuddist Perspective; istri hendaknya tidak menyimpan prasangka buruk terhadap suami, dilarang berlaku zalim, kasar, dan kemaruk; hidup bersahaja dan tidak berlebihan, menjaga dan berhemat dengan kekayaan yang telah diperoleh suaminya dengan susah payah, selalu penuh perhatian dan 'bersih' dalam tindakan maupun pikiran, setia dan menjauhkan diri dari pikiran-pikiran yang menjurus pada perselingkuhan, bertutur kata santun dan bersikap sopan; ramah, rajin, dan pekerja keras; penuh perhatian pada suami layaknya seorang ibu pada putra semata wayangnya, rendah hati dan hormat; serta senantiasa berkepala dingin, tenang, dan penuh pengertian sekaligus dapat berperan sebagai teman atau penasehat pribadi bila memang diperlukan. 

Sedangkan istri menurut pandangan Injil berfungsi menaungi kehidupan yang baru (anak) setelah melahirkannya dengan kesakitan dan itulah sebabnya Adam memanggil istrinya dengan 'Hawa' yang memiliki pengertian sebagai 'ibu dari semua yang hidup' (Kejadian 3:20). Istri harus menundukkan diri pada suami, tetapi suami harus mengorbankan diri untuk istrinya (Efesus 5 :21-33). 

Tuntunan Islam menempatkan posisi istri sebagai makmum dari suami dengan sebuah ketentuan bahwa suami memiliki kelebihan atas istri ditambah pula menanggung kewajiban sebagai bread winner dalam keluarga (QS An-Nisaa, 4:34). Istri merupakan makmum bagi suami yang senantiasa harus dilindungi dan dibimbing secara terus menerus sepanjang tali pernikahan mengikat keduanya. Sebagai pihak yang dipimpin, istri harus berusaha pula membentuk sosok suami sebagai imam yang dapat menyalurkan aspirasinya dalam berbagai aspek kehidupan. Jadi interaksi antara imam dan makmum dalam keluarga bersifat dialogis, bukan hirarki satu arah. 

Dalam kaitan peran istri sebagai ibu, menarik untuk disimak pendapat seorang pakar tafsir M Quraish Shihab (1994) bahwasanya 'ibu' dalam bahasa Al Qur'an dinamai dengan umm. Dari akar kata yang sama dibentuk kata imam (pemimpin) dan ummat. Kesemuanya bermuara pada makna 'yang dituju' atau 'yang diteladani', dalam arti bahwa pandangan kita harus tertuju pada umat, pemimpin, dan ibu untuk diteladani. Umm atau ibu melalui perhatian serta keteladanannya pada anak dan perhatian anak padanya dapat mencetak pemimpin-pemimpin. Artinya, baik secara langsung maupun tidak, ibu telah melakukan pembinaan umat.Agaknya, demikian beliau melanjutkan, ketika Al Qur'an menempatkan kewajiban berbuat baik kepada orangtua setelah kewajiban taat kepada Allah; bukan hanya disebabkan semata-mata oleh kondisi ibu yang memikul beban berat saat mengandung, melahirkan dan menyusui saja. Tetapi juga karena ibu diserahi tugas menciptakan pemimpin-pemimpin umat dan peranan inilah yang menjadikannya sebagai umm atau ibu. 

Selanjutnya sebagai konsekuensi logis atas haknya menerima nafkah dari suami, maka istri harus menempatkan diri sebagai manajer keuangan syariah yang handal bagi keluarganya. Zakat, infaq, dan sedekah layaknya mendapat prioritas pertama sebelum pos-pos anggaran belanja yang lain agar nafkah itu menjadi barokah dan lestari sebagaimana sebuah riwayat menyebutkan, "Kabsyah al- Anmary berkata: 'Saya mendengar Rasulullah Saw bersabda,"Ada tiga hal dimana aku bersumpah di dalamnya; pertama, harta seorang hamba tidak akan pernah berkurang lantaran bersedekah..." (Hr Ahmad). Selain itu rajin bersedekah pun dapat mencegah penyakit dan menolak berbagai bencana sebagimana sabda Rasul Saw,"Obatilah orang-orang sakit kalian dengan sedekah" (Hr Ahmad).dan merujuk Ibnu Qayyim dalam bukunya Zadul Ma'ad mengatakan bahwa dalam sedekah itu terdapat banyak hal luar biasa, termasuk menangkal bencana dan malapetaka. 

Sebagai pasangan hidup suami, istri bertugas menjadi 'ladang' yang baik, tempat berbagi suka dan duka serta menjadi mitra bertukar-pikiran mengatasi berbagai problema kehidupan, khususnya dalam lingkup rumah tangga.

Bagi para istri yang memiliki tekad untuk mengubah kondisi disharmoni dalam rumah tangga menjadi sebuah firdaus yang nyaman bagi keluarga hingga dapat mengembangkan potensi terbaik yang dimiliki setiap anggotanya, mari bersama belajar menempa diri menjadi istri yang hebat. 

Ibarat sebuah penyakit, istri harus meneladani dokter dalam menyikapi ketidak-harmonisan dalam keluarga, yakni menganalisa secara jernih akar permasalahan dan menentukan 'obat' alias solusi berdasarkan hasil diagnosa tersebut. Namun secara umum perselisihan antar pasangan dapat terjadi bila muncul ketimpangan salah satu pihak dalam melaksanakan fungsinya sebagai imam atau makmum, krisis finansial akut, perbedaan konsep mendidik anak, dan selebihnya adalah masalah penyesuaian antar dua pribadi yang berbeda.

Aku Rindu