Terkadang dungu itu bukan hanya terasa melekat
Terkadang dungu itu adalah diriku
Menempel, menyatu padu dengan kebodohan pikir tak ujung
selesai
Tak sanggup menyapunya
Bagaiman menyatakan pisah jika dunguku masih mencintaiku
Ketergantungan dengan kebiasaan yang terasa nyaman
Aku kaku dalam bernafas, menghembus tak beratur dalam ruang
imajinasi
Kecintaanku pada kedunguan
Terpekik ku melepaskan kebiasaan berasa kenyamanan
Bergetar, aku ketakutan dalam selimut penyesalan
Menyesali carut marut niatan dan tujuan
Bukankah subkhanaka itu memurnikan
Murni untuk empu-Nya asma Allah
Murni semua karena daya kuat-Nya
Mencari kebenaran memang pahit
Memurnikan kebenaran sangatlah pahit, kenapa aku belajar
jujurpun, aku ditertawa heran?
Cukup kumengerti, jika kudiam karna malu
hilanglah aku dalam keakuan
Kubuang darah biruku, untuk sang penyelamat