Feb 20, 2017

Budget Pas pasan Jiwa Sosialita (BPJS)

Suatu hari, ada seorang kawan menceritakan kondisi ekonomi yang nyaris roboh. Kerjaan ada sih tapi gaji tak seberapa, gaji sebulan hanya bisa buat beli bedaknya saja. Belum lagi tuntutan bayar cicilan rumah dan hutang lainnya.

Mendengarnya kita ikutan stress, kita iba kemudian membantu mereka.

Namun….cerita itu terus berulang.

Ngakunya gak punya uang, lah tapi kok bisa update terus hayoo...

Ngakunya gaji suaminya juga gak nutut buat biaya hidup, lah kok hapenya keluaran terbaru.

Terus…. ada lagi, baju selalu baru, dandanannya juga genjreng, bak seorang artis mau pentas. Gayanya dari atas kebawah high maintanance. Pasti orang kaya nich!

E...ee...e.., tapi saya salah bo'!

Apa yang saya lihat tak sesuai realita. Membuat saya dlongap dlongop, alias gak ngerti. Mereka adalah type orang-orang BPJS. Ups! Iya bener, tapi BPJS disini singkatan dari Budget Pas pasan Jiwa Sosialita.

Coba perhatikan disekeliling kalian. Orang-orang macam gitu banyak. Menyugugkan sesuatu yang jauh dari realita hidupnya.

Foto dengan gaya duckface, mau pamer makanan, selalu nongkrong di cafe, liburan, setiap hari selalu otw ke luar kota teross tanpa henti haha.., tas baru, mobil baru, rumah baru, pacar baru, suami baru. Kan bagus juga buat sebagai salah satu trick promosi.

Semua itu sah-sah saja sih, wong itu duit-duit sendiri. Bukan hasil nyolong. Memang gak nyolong sih, tapi kadang yang miris duitnya hasil dari jual diri, alias nyeper  biar bisa selalu eksis, gak peduli itu suami orang yang penting menghasilkan duit dan bisa tetap tampil di media sosial.

Yang jadi persoalannya adalah, bila kita lakukan semua itu hanya untuk mencari apresiasi dari orang lain. Biar dianggap keren orang lain, terus biar orang lain takjub dan iri dengan apa yang kita miliki.

Dan akhirnya mengorbankan diri sendiri, menjual diri, menggerogoti uang tabungan dan masa depan, gali lubang tutup lubang, hutang sana sini. Haduh mak! Itu sama saja bunuh diri pelan-pelan guys.

Kalau memang, ekonomi kita masih dalam taraf biasa saja, kenapa tak kita terima saja dengan ikhlas dan bersyukur dengan semua nikmat-NYA.

Mengikuti gaya hidup orang lain takkan pernah habis dech. Mengharap apresiasi orang lain bikin capek. Mending kita hidup seadanya tanpa mengikuti barisan BPJS. 

Seseorang yang terlalu memaksakan kehendak seperti ini justru akan membuat tekanan pada diri sendiri. Hasrat akan untuk selalu mengikuti gaya hidup orang lain terus menerus akan menjadi boomerang untuk diri sendiri, keluarga, bahkan keturunannya sendiri. Semakin mengejar apa yang orang lain punya maka hidup mau tidak mau akan selalu dihantui rasa keinginan yang berlebihan. Hingga seringkali harus melakukan hal-hal yang berlebihan.

Lebih baik kita pacu diri kita untuk kerja keras, ntar kalau sukses kita juga yang enak. jaman sekarang emang banyak yang mengutamakan penampilan padahal sangat berbanding terbalik dari pendapatan.

Yah kalau menurut saya sih ya, hidup apa adanya aja dari pada mentingin penampilan dan gaya hidup tapi hutang di mana-mana. Hidup paling nikmat itu gak punya hutang guys. 

STOP !! Mengikuti perkembangan mode memang tidak ada habisnya. Tidak salah memang, tapi alangkah sebaiknya harus menyesuaikan kebutuhan dan keadaan ekonomi. Pola hidup yang wajar akan membuat hidup menjadi lebih seimbang. Karena cepat atau lambat hidup tidak akan selamanya selalu diatas. Semakin kita liat ke atas semakin kita tak bisa menggapainya, tapi alangkah indahnya kita melihat kebawah. Melihat orang-orang yang jauh lebih tidak beruntung dibanding kita. Pasti kita akan menjadi orang-orang yang penuh syukur.

“Tapi mak…..ada gak sih..supaya bisa bergaya hidup mewah tanpa kerja keras?”

“ada”

“Beneran mak? Emang gimana,mau dong,please?????

“Pake aja prend!”

“eh……”

“Prend..prend pinjam bajunya dong, prend..prend pinjam tasnya dong, prend..prend…nunut liburan dong” wkwkwkwkkwkw

Gubrak….sukses pingsan.!

Aku Rindu