Pagi ini, pagi yang tak lagi Desember, hujan mengguyur
dengan deras. Semestinya, aku bergelung saja dibawah hangatnya selimut tebalku
seraya meneruskan mimpi indah semalam. Tapi tidak untuk kali ini, tiba-tiba aku
ingin menyapa hujan. Menengadahkan tanganku untuk menadah tetes-tetesnya yang
lembut.
Aku begitu menyukai hujan. Dan aku suka berjalan dibawah guyurannya.
Tersebab, hujan memelukku dengan kehangatannya, sembunyikan derai air mataku
dibalik teduhnya. Bersama hujan, kurasakan ada setetes rindu yang membasahi
pagiku, perlahan mengalir dan meruapkan wangi yang membaui hatiku.
Pagi ini,
pagi yang tak lagi Desember, menyisakan hujan yang tak lagi menderas dan
berganti dengan gerimis yang merinai. Ada sejumput kenangan yang masih
tersembunyi dalam lipatan ingatan dan aku akan menitipkannya dibalik teduh
hujan. Sebab, aku ingin selalu mendengar suara rintiknya yang jatuh di atap rumah. Suara rintik yang tak pernah
berubah. Suara rintik yang mengeja namamu. Masih namamu. Tetap namamu.
Pagi
ini, pagi yang tak lagi Desember....