Minggu pagi adalah harinya wong Jember. Jalanan kota yang
biasanya ramai dan bising oleh suara kendaraan mendadak sepi, tidak ada satupun
kendaraan bermotor yang lewat karena kendaraan bermotor dilarang melintas jalur
alun-alun dan arus lalulintas umumnya dialihkan ke jalan yang lain. Bupati yang lama menamakan agenda mingguan ini dengan sebutan “car free day”
atau dalam bahasa Indonesianya hari bebas mobil. Sebenarnya tidak hanya mobil
saja yang dilarang lewat alun-alun pada minggu pagi, akan tetapi juga kendaraan
bermotor lain seperti sepeda motor ataupun becak motor.
Alun-alun kota yang
dikemas sedemikian elok oleh Pemkab jember sejak beberapa tahun yang lalu ini
dibanjiri oleh warga (anak-anak, remaja, dewasa, tua, semuanya ada) dengan
beragam aktivitasnya, baik yang dilakukan secara individu maupun bersama dengan
komunitasnya . Ada yang bersepeda berkeliling alun-alun, lari-lari santai,
senam, ataupun duduk-duduk ngobrol. Biasanya alun-alun kota ini digunakan oleh
beragam komunitas untuk berkumpul, seperti komunitas pecinta kucing, pecinta
anjing, pecinta luak, dan lain sebagainya, namun komunitas itu tidak hanya terlihat pada waktu minggu pagi saja, tetapi juga pada waktu malam minggu, sungguh ramainya luar biasa di alun-alun jember. Banyak komunitas pecinta ular, luak, kucing, anjing dan lainnya yang
menawarkan jasa photo dengan tarif seikhlasnya saja.
Pemerintah Kabupaten Jemberpun sangat memperhatikan kebutuhan anak-anak dengan menyediakan fasilitas permainan bagi mereka. terlihat anak-anak kecil asik bermain prosotan, Ayun-ayunan, menaiki patung hewan, njot-njotan dan banyak lagi aktifitas yang lainnya. Mereka kelihatan sangat menikmati hasil kerja keras para petinggi kabupaten ini.
Pemerintah Kabupaten Jemberpun sangat memperhatikan kebutuhan anak-anak dengan menyediakan fasilitas permainan bagi mereka. terlihat anak-anak kecil asik bermain prosotan, Ayun-ayunan, menaiki patung hewan, njot-njotan dan banyak lagi aktifitas yang lainnya. Mereka kelihatan sangat menikmati hasil kerja keras para petinggi kabupaten ini.
Selain itu,
masyarakat diberi ruang untuk menjalankan aktivitas perekonomian dengan
memanfaatkan momen car free day. Bila anda ikut serta meramaikan kegiatan ini
maka jangan takut kelaparan, karena di sini akan menemukan banyak penjual
makanan.
Nah, dan pada minggu pagi harinya wong jember, mas paijoku sayang bertemu dengan sahabat lamanya yaitu mas Anang Hermansyah, kalian pasti paham dong siapa dia, artis ibu kota dan sebagai anggota dewan yang asli wong jember, yo weslah akirnya kita jeprat-jepret mumpung mas anangnya lagi di jember hehe...
kota jember memang luar biasa, oh iya ada lagi. Wong jember lebih suka menggunakan bahasa ngoko. Kalaupun menggunakan kromo inggil itu bukan berdasarkan status sosial, melainkan sebentuk rasa hormat pada orang yang lebih tua. Ngoko adalah simbol keakraban di jember.
Perkembangan budaya dan bahasa di Jember berasal dari dua
migran. Migran Jawa dan migran Madura. Orang Madura banyak tinggal di Jember
bagian utara. Mereka membawa unsur bahasa ke tempat yang baru. Karena bahasa
adalah sarana komunikasi dalam pergaulan. Migran Jawa lebih banyak bermukim di
Jember bagian selatan. Juga membawa dan mengembangkan budaya asalnya. Termasuk
bahasa. Karena itu adalah identitas daerah.
Akulturasi bahasa tidak pernah
berhenti sampai saat ini. Jadi jangan heran bila mendapati kata kata seperti
mak takker, taq mesetaq, dem mekodem, pet crepet, tat letat, dag gradag, dan
semacamnya. Itu adalah glosarium yang lahir oleh banyak persilangan. Bondowoso,
Situbondo, Banyuwangi, Lumajang, Probolinggo dan kota kota di sekitarnya turut
menyumbang budaya untuk Jember.
Itulah Jember dan bahasa planetnya