Jan 20, 2015

Rem Kehidupan



Hidup itu perlu rem, layaknya berkendara dengan kendaraan. Tanpa rem, hidup kita bisa melaju tanpa kendali. Dan sejauh ini —yang bisa saya mengerti dan rasakan— rem terbaik yang bisa menahan laju itu adalah masa lalu.

Setiap orang, punya masa lalu. Dan rem adalah masa lalu yang buruk. Setiap orang pernah berbuat salah, setiap orang pasti pernah berbuat dosa, setiap orang pasti pernah melakukan sesuatu yang menurutnya sangat buruk. Hingga membuatnya merasa tidak layak hidup, bahkan sangat takut bila masa lalu itu diketahui oleh banyak orang.

Kesalahan-kesalahan di masa ketika pengetahuannya belum sampai, ketika ilmunya belum cukup. Kesalahan yang cukup memalukan dan karena kasih sayang-Nya, semua itu ditutup rapat dari orang lain.

Mungkin, saat ini kita semua telah menyadari kesalahan itu. Bahkan sekarang kita telah menjadi pribadi yang berbeda nyaris 180 derajat. Mengakui dan menyesali kesalahan-kesalahan kita sebelumnya dan itu memberikan pembelajaran yang berharga untuk kita agar tidak melakukan hal yang sama.

Mungkin, saat ini kita telah menjadi seseorang dengan pencapaian yang luar biasa. Orang lain memandang kita sedemikian tinggi dengan apa yang telah kita dapatkan, menjadi pimpinan, memiliki pekerjaan yang membanggakan, menjadi orang terkenal, menjadi seseorang dengan prestasi ini dan itu. Mereka hanya tahu kita hari ini bukan? Mereka tidak pernah tahu hidup seperti apa yang kita jalani sebelumnya dan kita pun sibuk memoles diri kita sedemikian rupa. Kadang lupa untuk bersyukur kepada Allah karena tidak membuka aib kita. Kita pun sedemikian rapat menggenggamnya sangat erat.

Bersyukurlah karena kita memiliki masa lalu yang buruk. Kita berdosa, itu jelas. Dan hal itu membuat kita berbuat lebih banyak kebaikan untuk membayarnya bukan? Ketika kita terasa sedemikian tinggi, ada kait yang membuat kita ingat untuk merendah. Bahwa kita pun sebenarnya banyak salah dan sebenarnya tidak layak untuk ditinggikan sedemikian rupa.

Masa lalu menjaga kita untuk merendah dan membumi, mengingatkan kita bahwa kita adalah seorang manusia yang setara satu dengan yang lain. Tidak lebih tinggi maupun lebih rendah, tidak pantas memandang lebih rendah orang lain, tidak pantas pula menghakimi orang lain. Kita lebih layak untuk menghakimi diri kita sendiri.

Masa lalu menjadi rem dalam kehidupan kita. Karena dari sanalah kita belajar dan dari sana pula kita diingatkan siapa sebenarnya kita. Kita boleh jadi setinggi langit, tapi diatas langit selalu ada yang lebih tinggi. Kita jangan terlalu bangga, cukupkanlah dengan syukur dan selalu ingatlah bahwa kita tidak pantas membanggakan diri sedemikian rupa. Karena semua yang sedang kita jalani ini adalah sebab ijin-Nya.

Semoga kita senantiasa menjaga kerendahan hati. Menjadi apapun kita dalam hidup ini, tetaplah menjadi orang baik. Karena kebaikan dan kerendahan hati adalah mata uang yang berlaku dimanapun kita berada.

Aku Rindu