Sejatinya hidup tak pernah betul-betul berakhir. Di dunia
kita memang kefanaan namun di akhirat manusia adalah keabadian dengan dua
takdir yang saling bertolak belakang. Berada di seburuk-buruk tempat atau
justru menetap di sebaik-baik akhir bersama orang-orang pilihan.
Seluruh perbuatan kita saat ini adalah rangkaian usaha tuk
meraih kebahagiaan tak ternilai harganya atau kesengsaraan berupa siksaan tak
berujung. Setiap kita bertanggjawab penuh atas diri masing-masing. Untuk setiap
tingkah laku, sikap juga seluruh berbuatan-baik atau pun buruk akan berbuah
manis atau justru menjadi sesal paling pedih sebab waktu selamanya tak mampu
disuruh berbalik ke masa lalu tuk memperbaiki setumpuk khilaf di dunia.
Hari ini adalah kenyataan yang harus dihadapi untuk melangkah
menuju masa depan. Setiap keputusan yang kita ambil akan memiliki sebab-akibat
di hari kemudian. Ada kalanya kita akan berjumpa dengan kehadiran juga
perpisahan. Dan tiap peristiwa tentu akan menawarkan makna. Semenyakitkan atau
sebahagia apa pun. Tuhan maha baik menitip hikmah di sela senyum dan air mata.
Di satu sisi kehidupan, kita akan bertemu orang-orang yang
pada akhirnya memilih pergi. Menghilang-bahkan tak acuh lagi. Menjadi asing.
Seolah tak pernah sekali pun bertukar kata apalagi berbagi senyum. Tapi
ketahuilah, untuk tiap kenangan yang pernah saling bersinggungan ia akan tetap
menetap menjadi ingatan yang enggan melupa. Ia memilih tetap hidup di pikiran
yang slalu merindu masa lalu.
Manusia memang tidak dirancang tuk mengingat sgala hal, tapi
ingatlah setiap orang memiliki kapasitas tak berbatas tuk menampung tiap potong
kisah yang terlanjur bermukim nyaman di kepalanya-meski tiap hari kian disesaki
oleh berbagai hal. Pun hati yang pernah tersentuh makna-membuat lupa tak sudi
lagi mendekat.