Feb 17, 2015

Untitled

Kata orang, dalam sebuah hubungan, yang paling lemah adalah yang paling besar rasa cintanya. Alias yang paling mencintai akan menjadi yang paling lemah dalam hubungan. Mungkin karena ketika kita begitu mencintai seseorang kita akan dengan senang hati mengalah, memberi, mempersilakan, sehingga akhirnya banyak yang menjadi kalah. Kalah karena cintanya sendiri.

Seharusnya mencintai tak harus menderita. Ketika kamu mencintai seseorang dengan sangat, kamu tak harus menjadi yang paling tersiksa dalam hubungan kecuali jika kamu menyakiti diri sendiri. Dengan terlalu banyak berharap akan balasan cintamu kadang menjadi pemicu datangnya sakit hati sendiri. Ketika mencintai seseorang dengan terlalu, kamu tak perlu menjadi yang paling lemah. Bilang iya jika memang bisa iya. Tapi bilang saja tidak jika memang bertentangan dengan kata hati. Marahlah jika memang harus marah. Pergilah jika memang harus pergi. Kamu tak perlu menjadi orang yang menghamba pada cinta. Sebab sejatinya cinta ada untuk membaikkan. Mereka yang lemah karena cintanya sendiri mungkin karena mereka belum menyadari apa itu cinta. Mungkin karena mereka memberi defenisi yang keliru soal cinta. Sebab cinta ada hanya untuk baik. Kecuali bagi mereka yang terlalu egois, berharap banyak, memberi cinta dengan keinginan untuk dibalas dengan kadar cinta yang sama. Lupa kemudian bahwa hati adalah perihal Langit dimana kuasanya hanya ada pada Sang Penggenggam Jiwa.

Maka jika akhirnya yang paling lemah di antara dua orang yang saling mencintai adalah dia yg cintanya paling besar, aku takkan menjadi yang lemah. Sebab jika memang cintaku besar, cinta itu sendiri yang harus menguatkanku untuk menjadi pecinta yang tangguh, yang berprinsip, yang mencintai untuk membaikkan dia yang kucinta, dengan atau tanpa dia di sisi.


Aku Rindu